Petualangan Za & Ra

  Suatu hari, saya pernah terlibat diskusi kecil dengan anak remaja saya. Saya bertanya sama mereka, apa sih yang mereka suka terkait belajar. Salah satu jawaban mereka adalah mereka suka belajar atau mengerjakan tugas sekolah sambil mendengarkan musik. Kok bisa sih belajar sambil mendengarkan musik, seringkali saya heran dan mencoba mencari alasannya pada mereka. Karena saya sendiri kalau mau menulis harus fokus dan kalau bisa hening dengan minim keributan. Mereka sendiri heran dan tak tahu jawabannya. Sedikit obrolan dengan orangtua lain pun ternyata mendapatkan pengalaman yang sama, bahwa anak mereka bisa belajar sambil melakukan banyak hal lain di gadget mereka termasuk mendengarkan musik. Saya sebenarnya tidak terlalu memperhatikan perkembangan musik. Lagu yang saya perkenalkan mungkin hanya lagu anak sederhana atau senandung kecil ciptaan sendiri yang saya dendangkan semasa mereka kecil. Namun perkembangan teknologi internet dengan cepat memberikan berbagai informasi pada s...

    Bagi Anda yang sedang mencari cara mengubah pdf ke word Anda ini sudah ada di artikel yang tepat, karena pada kesempatan kali ini akan di bahas 5 cara merubah PDF ke word. Turial yang satu ini cukup penting untuk Anda, karena jika Anda langsung mencopy isinya dari PDF kemudian di copy ke word langsung hasilnya akan sangat berantakan. Jika hasilnya berantakan pastinya waktu Anda akan terbuang lagi karena Anda harus merapihkan file di word tersebut. tapi tenang ya jangan khawatir karena pada kesempatan kali ini mari kita bahas cara mudah untuk mengconvertnya supaya tidak berantakan.   Aplikasi UniPDF             Cara yang pertama menggunakan Aplikasi UniPDF, aplikasi ini bisa Anda unduk di desktop Anda. Jika menggunakan aplikasi ini Anda tidak perlu mebayar alias gratis. Ini dia cara yang bisa Anda ikuti: ·        Jalankan software-nya kemudian buka tab “Settings”. P...

  Kegiatan apa yang tak bisa atau jarang dilakukan lagi setelah berumah tangga dan menjadi seorang ibu ? Bagi saya, baca buku adalah salah satunya. Padahal baca buku termasuk hobi saya sejak kecil. Akibatnya, saya jadi merasa ada yang kurang lengkap kalau tidak atau jarang membaca buku lagi. Mungkin saat anak saya masih satu, saya masih bisa meluangkan sedikit waktu untuk me time dengan melakukan hobi membaca buku favorit saya, bahkan menyisihkan dana untuk membeli buku. Tetapi ketika anak sudah bertambah banyak seperti sekarang, membaca buku jadi semakin jarang dilakukan, apalagi untuk membeli karena kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Namun sekarang ada solusinya karena saya menemukan aplikasi yang bagus banget. Namanya aplikasi Storytel . Jadi, ini adalah aplikasi audiobook Indonesia untuk mendengarkan buku-buku favorit kita. Waktu pertamakali saya mendengar ada aplikasi audiobook seperti ini, saya berfikir ini akan seru banget dan merupakan hal baru yang mesti dicob...

  Dampingi anak belajar. Dengar kata ini gimana menurutmu sih mom? Semangat, seru, menyenangkan? Atau malah sebaliknya kesel, gregetan, pengen marah? Kalau aku sih nano-nano perasaannya. Menyenangkan tentu dong, kan anak sendiri yang didampingi untuk belajar. Dulu aku suka sedih waktu jadi guru, karena gak bisa dampingi anak belajar setiap hari, dikarenakan  ada tanggung jawab di luar rumah untuk mendampingi anak-anak lain di sekolah. Sekarang alhamdulillah aku udah jadi full time mom yang bisa dampingi anak belajar kapanpun. Walau begitu bukan berarti gak ada halangan dalam mendampingi anak belajar. Apalagi belajar saat pandemi seperti ini dimana kegiatan belajar sekolah dilakukan secara online, atau seringkali disebut PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).Seringkali saat anak minta didampingi mengerjakan tugas, sayanya lagi ada pekerjaan lain seperti memasak atau menenangkan si kecil yang rewel. Sering juga saya gak punya cukup ilmu saat anak tanya tentang tugas sekolah atau ma...

Siapa yang selama di rumah aja jadi suka posting foto di media sosial? Saya rupanya termasuk salah satunya yang suka posting foto di media sosial, baik foto makanan atau foto kegiatan sehari-hari. Banyak orang sudah merasa jenuh tinggal di rumah saja sejak pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Posting foto di media sosial merupakan cara mereka untuk menghibur diri dari rasa jenuh.

Sejak pemerintah menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) karena semakin menyebarnya virus Covid-19, kita sekeluarga melakukan karantina mandiri di rumah sesuai anjuran pemerintah dengan melakukan semua aktivitas di rumah. Suami kerja di rumah, anak juga belajar di rumah. Jenuh pastinya, sudah kurang lebih 3 bulan melakukan semuanya di rumah. Duh, rasanya ingin sekali semua nya segera normal. Tapi kita berusaha untuk tetap sabar mengikuti anjuran pemerintah dengan tetap di rumah untuk membantu memutus mata rantai penyebaran si virus covid-19.

Sebagaimana kita semua tahu, bahwa negara kita saat ini sedang mendapatkan musibah. Sebanyak lebih dari 1000 orang di Indonesia sudah terpapar virus Covid-19. Setiap hari korban berjatuhan sehingga pemerintah menganjurkan masyarakat untuk melakukan social distancing, dengan melakukan berbagai kegiatan seperti bekerja dan belajar dari rumah. Sejak ada anjuran pemerintah untuk melakukan social distancing, kantor suami memerintahkan work from home (WFH), begitu juga sekolah anak menerapkan study from home (SFH). Sudah dia minggu lebih nih kami melakukan berbagai aktivitas di rumah aja, membatasi beraktivitas di luar rumah sekaligus karantina mandiri sebagai upaya pencegahan dari paparan virus yang lagi viral ini. Terus bagaimana kami memenuhi berbagai kebutuhan kami? Kami menggunakan fasilitas pesan antar untuk membatasi kontak dengan orang lain dan fasilitas umum di jalan yang mungkin terpapar virus. Kami memesan bahan makanan secara online yang pembayarannya bisa dilakukan dengan tr...

Banyak anak banyak rejeki, begitu bunyi pepatah mengatakan. Setuju tidak nih? Di satu sisi, adanya anak memang membuat orangtua makin semangat mencari nafkah. Dan Allah SWT memang sudah menjamin rejeki setiap orang, asalkan orang itu tetap ikhtiar dan berdoa terus sama Allah SWT. Jadi, pepatah ini ada benarnya juga. Namun, di sisi lain, sebagai manusia biasa kita juga sering merasakan betapa beratnya mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Yang bisa kita lakukan adalah berusaha terus melakukan berbagai hal untuk kebaikan keluarga, dengan bekerja keras, mengatur kehamilan agar hak setiap orang terpenuhi, mengatur keuangan agar bisa tercukupi semua kebutuhan keluarga, serta upaya-upaya lainnya. Bicara tentang mengatur keuangan, sebenarnya adalah hal yang cukup sulit dilakukan kalau mengingat nafsu manusia yang punya banyak keinginan. “ Ingin ini ingin itu banyak sekali …”, jadi auto nyanyi deh kayak soundtrack -nya kartun Doraemon. Namun, mau tak mau memang harus dilakukan ...

“Masakan umi emang paling enak, makasih umi yang paling cantik sedunia” Itulah rayuan maut dua anak saya, Za dan Ra, kalau senang dengan masakan saya. Padahal sih, bukan masakan mewah, cuma ayam goreng atau jamur goreng tepung. Udah gitu, saya jadi seneng. Pujian itu seringkali menyemangati saya memasak buat anak-anak, hehe.  Tapi, namanya juga manusia. Ada saatnya lelah dengan rutinitas yang itu-itu saja. Saya ini tidak pintar memasak. Memasak seringnya itu lagi dan itu lagi. Saat bosan memasak, yang dimasakin juga bosan dengan masakan yang sama, atau saat lelah dengan aktivitas mengurus rumah tangga (apalagi sekarang ada bayi yang harus diurus), beli masakan yang siap disantap adalah solusinya.

Tidak terasa, rumah tangga saya sudah berumur 12 tahun lebih! Pernikahan saya dan suami sudah menghasilkan 3 anak berusia 11 tahun, 7 tahun dan sebulan. Orang bilang, nikmati masa pacaran dengan suami kalau belum ada anak. Karena kalau sudah ada anak, tak akan lagi sempat untuk berduaan dengan suami. Yup , itu betul banget. Rasanya jarang banget deh punya momen berduaan dengan suami.  Dulu, saat masih berdua, kalau ke mana-mana seringnya diantar suami naik motor ke tempat belanja atau ke rumah sakit untuk periksa anak. Sekarang, setelah anak makin besar, bahkan hadir lagi bayi setelah 7 tahun berlalu, suami makin giat mencari nafkah. Perginya pagi dan pulang malam. Bahkan, seringkali beliau bepergian ke luar kota atau luar negeri karena mendapat tugas dari kantor tempatnya bekerja. Semakin jarang deh suami antar saya dan anak-anak kalau ada keperluan.

Semua orang pasti pernah merasa tertekan. Ya dengan pekerjaan kantor, pekerjaan rumah tangga yang tidak ada habisnya, pelajaran sekolah, hubungan yang rumit, dan sebagainya. Nah, kalau sudah begitu, rileks aja dulu dengan menciptakan suasana yang santai agar otot-otot dan syarat tubuh bisa sedikit lebih tenang lalu kembali pada rutinitas dengan lebih segar. Saya juga mau nih rileks sejenak ah dari pekerjaan rumah tangga. Kebetulan, anak saya sangat menyukai kegiatan mewarnai. Jadi di rumah punya beberapa alat mewarnai seperti crayon, pensil warna, dan spidol. Kadang-kadang, saya suka ikut si kecil mewarnai agar lebih rileks sekaligus tentunya menemani anak dalam bermain. 

Ayah, ibu, pernah gak sih si kecil ikut-ikut nimbrung saat kita sedang bekerja di depan laptop? Saat Za dan Ra balita, mereka seriiing banget ikut-ikutan ‘merusuh’ saat saya sedang menulis atau membaca artikel dari laptop. Sekarang pun saat masa balita sudah lewat, mereka masih sering ikut penasaran dengan apa yang saya lakukan di depan laptop. Yah, wajar lah, namanya juga anak, mereka meniru apapun dari lingkungan sekitarnya. Kalau ayah dan ibunya setiap hari ‘mojok’ di depan laptop, mereka tentu saja akan penasaran dan meniru. 

 “Mi, kakak pengen punya akun facebook, dong.” “Buat apa, kak?” “Buat main game..” “Belum bisa kak, usianya belum cukup..” Ini sepenggal percakapan saya dengan kakak Za beberapa waktu lalu. Dia ingin memiliki akun facebook untuk bermain game. Tetapi tentu saja saya belum membolehkan kakak Za memiliki akun media sosial. Ia masih berusia 10 tahun, menjelang 11 tahun. Sedangkan rata-rata media sosial memiliki batasan usia untuk penggunanya yaitu 13 tahun. 

Suatu hari, guru ngajinya Kakak Za bertanya sama saya tentang bagaimana cara saya mengajarkan kakak Za menghafal Alquran, karena kakak Za termasuk yang Alhamdulillah relatif cepat menghafal. Saya bingung menjawabnya karena sebenarnya merasa tidak menerapkan metode khusus. Yang saya ingat, dulu saya memang suka memperdengarkan murottal Alquran saat kakak Za sedang bermain atau ketika akan tidur. Dan itu jadi kebiasaan sampai sekarang, kakak Za kalau mau tidur harus diperdengarkan murottal.  Nah, rupanya hal itu yang membuat kakak Za terbantu cepat menghafal Alquran karena sering diperdengarkan murottal Alquran selagi main. Walaupun begitu, saya tetap memasukkan ia ke Les ngaji dan hafalan Alquran. Karena belajar Alquran itu tetap butuh guru untuk membetulkan bacaan Alqurannya yang belum sempurna makhraj huruf dan Tajwidnya, serta mendapat pemahaman tentang isi Alquran itu sendiri.

Saya masih mau cerita tentang ibu, karena Hari Ibu baru berlalu 22 Desember lalu. Toh, sebenarnya setiap hari adalah Hari Ibu kan? Sejak kemunculan teknologi Whatsapp Messenger, ibu saya tergerak juga untuk menggunakan Whatsapp Messenger. Mungkin, ia sering mendengar pembicaraan anak-anaknya yang saling berkirim pesan di Grup Whatsapp khusus keluarga. Sehingga beliau pun tergerak untuk menggunakan Whatsapp agar bisa saling kirim pesan dan video dengan anak cucu.

Banyak orangtua yang khawatir saat anaknya bermain gadget. Mereka khawatir anaknya terkena pengaruh buruk gadget karena konten pornografi begitu mudah masuk ke smartphone yang dipakai anak. Baru-baru ini malah marak berita tentang fitur search GIF di whatsapp yang mudah sekali menampilkan konten kurang pantas untuk anak jika diketik kata kunci tertentu. Sehingga beberapa orangtua di grup yang saya ikuti berpendapat untuk menjauhkan sama sekali anaknya dari gadget. Untungnya pagi ini saya mendapat kabar bahwa sebagian orang sudah tidak bisa mengakses fitur search GIF ini.

Tidak bisa dipungkiri kalau anak generasi sekarang berbeda dengan jaman dulu, salah satunya dalam hal bermain. Dulu, anak-anak banyak bermain di luar rumah dengan berbagai permainan tradisional seperti petak umpet, petak benteng, dan sebagainya. Sekarang, karena keterbatasan lahan dan semakin marak dan murahnya gadget, anak-anak banyak bermain di dalam rumah dengan bermain gadget. Anak-anak saya juga suka main gadget. Kakak Za kalau ditanya apa yang ia sukai, pasti jawabannya adalah main gadget. Ia suka main game dan nonton video di youtube. Salah satu favoritnya adalah segala hal tentang Pokemon, baik game maupun kartunnya. Nah, kalau adiknya, Ra, suka main game dan kartun yang lebih girly seperti game memasak, dan sejenisnya.

Assalaamualaikum sahabat Za dan Ra, Saya mau berbagi bahagia nih. Alhamdulillah baru dapat teman baru untuk menulis di blog, sebuah laptop mungil dari hasil mengumpulkan recehan dari menulis di blog dan social media. Tak apa mungil, asal manfaatnya besar dan mudah-mudaan awet, amiin. Saya jadi tak perlu memakai perangkat kerja yang penuh dengan data-data penting mengenai kerjaannya. Karena masih baru, laptop saya ini sensitive sekali dan saya masih canggung dan kadang sulit menggunakannya. Biasa menggunakan mouse , nah ini..gak ada mouse.

Assalaamualaikum bu, Kuningan banjir ya. Amih di rumah gimana? Kebanjiran juga nggak? Begitu bunyi pesan whatsaap dari seorang teman dekat semasa kuliah yang masuk ke smartphone saya beberapa waktu yang lalu. Teman saya itu memang pernah bertemu keluarga saya terutama ibu (saya panggil ibu saya dengan panggilan amih), dan kami cukup dekat sejak kuliah di Bandung tahun 90-an. Saya yang tengah duduk di depan komputer sambil merampungkan tulisan, langsung kaget dan membalas pesan tersebut segera. 

“Zaidaaaaan, Raissaaaa, mamih kangen…bapak kangen…” Begitulah kata orangtua saya kalau ada kesempatan menelepon ke rumah atau ketika saya yang menelepon mereka. Saya dan orangtua memang tinggal beda kota. Orangtua saya di Kuningan, sementara saya di Tangerang. Tidak terlalu jauh sebenarnya, hanya 5-7 jam perjalanan. Tapi karena berbagai hal, saya tidak bisa terus menerus menengok orangtua di kampung halaman. Diantaranya karena tenaga dan biaya yang terbatas.  Dengan adanya teknologi telekomunikasi seperti sekarang, tentu saja saya sangat bersyukur. Saya bisa menelepon ke kampung halaman kapan saja. Orangtua saya bisa mendengar suara cucunya meskipun dari luar kota. itu sudah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka.