Petualangan Za & Ra

    Sakit gigi memang sangat mengganggu, apalagi jika terjadi pada anak. Bukan hanya anak yang menjadi rewel, tidak nafsu makan, dan aktivitasnya jadi terhambat. Namun, orangtua pun pasti jadi khawatir terus menerus dan tidak maksimal beraktifitas saat anak sakit. Oleh karena itu, seperti peribahasa yang mengatakan ”lebih baik mencegah daripada mengobati”, maka tindakan pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum terjadi sakit dengan cara menjaga kesehatan gigi anak. Rajin Menggosok Gigi Anak Cara menjaga kesehatan gigi anak salah satunya adalah dengan rajin menggosok gigi dengan teratur minimal 2 kali sehari, sehingga resiko sakit gigi berkurang. Menggosok gigi berguna untuk menghilangkan sisa makanan dan plak dari permukaan gigi, mencegah pembentukan karang gigi, mengurangi resiko kerusakan gigi dan gusi bengkak. Sebuan tantangan bagi setiap orangtua agar anak mau menggosok giginya. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan dengan menyenangkan. Misalnya dengan cara bermain per...

Anak-anak zaman sekarang sangat akrab dengan gadget seperti smartphone, komputer, tablet, dan konsol game. Namun, pemakaian gadget yang terlalu banyak bisa bisa mengakibatkan dampak negatif pada perkembangan anak. Anak yang berlebihan dalam bermain gadget cenderung sulit fokus, tidak mudah lepas dari gadget, dan lebih senang melakukan aktivitas individual. Gadget juga dapat menyebabkan mata cepat lelah dan menjadi merah, penglihatan berkurang, iritasi ringan, mata kering, dan juga sakit kepala. Ilustrasi: Pixabay Mata adalah indra yang sangat penting. Oleh karena itu, seharusnya bisa dijaga sejak dini. Berikut ini beberapa cara untuk menjaga kesehatan mata anak: 1. Perhatikan penggunaan gadget:  Sebaiknya hindari anak menatap layar gadget terlalu lama, apalagi dalam jarak yang dekat. Pastikan posisi gadget tidak sejajar dengan mata. Setiap 20 menit, ajak anak untuk mengalihkan pandangan selama 20 detik.  2. Berikan asupan nutrisi yang baik Berikan anak makanan yang bergizi dan...

  Beberapa waktu lalu anak saya demam , disertai batuk dan pilek. Seperti biasa, saya tak langsung membawanya ke dokter. Saya beri ia obat penurun panas. Namun setelah 3 hari demamnya tak kunjung reda, saya pun membawanya ke dokter untuk diperiksa. Dokter memberi obat penurun panas dan beberapa obat lainnya tanpa antiobiotik. Anak saya pun sembuh setelah meminum obat dari dokter. Namun seminggu kemudian, demamnya kambuh dan saya langsung melakukan cek laboratotium seperti saran dokter. Ternyata ada beberapa hal yang tidak normal, salah satunya adalah CRP (C-Reaktive Protein) yang tinggi sekali yang menandakan adanya infeksi. Anak saya harus dirawat untuk disuntikkan antibiotik. Tiga hari dirawat, anak saya sembuh. Eh, selang beberapa minggu demam lagi sampai hampir 40 derajat celcius. Saya sempat panik tentu saja, apalagi anak saya sampai gemeteran. Saya lagi-lagi membawanya ke UGD Rumah sakit terdekat dan si ekcil harus dirawat kembali. Beberapa hari di rumah sakit, anak say...

  Memiliki anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang merupakan tantangan besar bagi setiap orangtua. Diantara tantangannya salah satunya adalah bagaimana menyiapkan makanan yang bervariasi sekaligus enak dan sehat untuk anak agar anak tidak banyak jajan di luar rumah. Saya sendiri sebagai juru masak keluarga, selalu mengusahakan membuat sendiri berbagai kreasi makanan untuk keluarga. Saya senang mencoba berbagai resep baru. Memasak sendiri makanan untuk keluarga banyak keuntungannya. Kita jadi bisa lebih hemat karena bisa membuat kreasi makanan sesuai dana yang ada. Masakan yang dibuat juga akan lebih sehat karena kita bisa menjaga kebersihan dapur dan bahan makanan di dapur sendiri. Jika masakan sederhana yang saya buat disantap nikmat keluarga, rasanya bahagia sekali. Saya bukan orang yang pintar memasak. Oleh karena itu, saya seringkali memilih untuk membuat menu masakan yang praktis untuk dibuat namun tetap sehat dan tentunya enak disantap. Semua orangtua pasti setuju, sel...

    Tak bisa dipungkiri, pandemi menyebabkan hal lain selain penyakit Corona itu sendiri. Kesehatan mental adalah salah satu hal yang menjadi permasalahan yang menyertai pandemi Corona. Berbagai peraturan yang membatasi ruang gerak manusia menyebabkan berbagai tekanan yang menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan mental masyarakat. Menurut artikel yang saya baca, orang yang memiliki masalah kesehatan mental mengalami perubahan dalam pikiran, perasaan dan perilaku yang ditandai dengan adanya pikiran negatif, tak dapat berfikir jernih sehingga sulit mengambil keputusan, lebih lamban dalam berfikir, memiliki pemikiran yang berbeda dengan kenyataan, perubahan emosi yang cepat, merasa putus asa, mudah sedih dan marah serta takut dan cemas, mati rasa, tak memiliki energi untuk beraktifitas, menghindari pekerjaan atau lingkungan sekitar, hanya ingin sendiri, sulit makan atau tidur atau sebaliknya makan dan tidur lebih dari biasanya, memiliki rasa sakit yang sulit dijelaskan, dan ...

  Agustus lalu, Raissa, anak kedua saya memasuki usia 9 tahun. Gak ada perayaan seperti biasa, namun tetap istimewa. Ya dong, kan anak bertambah usia berarti akan makin bertambah juga kemampuan tumbuh kembangnya, jadi makin tinggi, tangguh, tanggap. Aamiin. Bicara tentang tumbuh kembang anak usia 9 tahun, Masha Allah banyak sekali tantangannya. Dari segi perkembangan fisik, tinggi dan berat badan anak bertambah. Baju dan celana Raissa kelihatan mengecil, padahal badannya yang memang tumbuh. Bagi anak perempuan, usia 9 tahun merupakan awal pubertas . Tanda-tanda pubertas mulai muncul, seperti nyeri di payudara yang akan tumbuh. Mood anak suka berubah-ubah akibat pengaruh hormon. Harus banyak stok sabar dan istighfar terus pokoknya, karena saya sebagai orangtuanya jadi suka terbawa emosi melihat anaknya yang dikit-dikit ngambek. Saya kadang suka ngajak Raissa ngobrol tentang perubahan fisiknya. Untuk anak perempuan, biasanya ada juga yang sudah mengalami haid di usia 9 tahun. Na...

  Sejak kehamilan ketiga di trimester ketiga, saya sering banget mengalami kram otot kaki di malam hari. Ya, seringnya di malam hari. Gak enak banget, kan. Seharusnya kita beristirahat, eh ini malah terbangun karena kaki terasa kaku, tak bisa digerakkan. Menurut artikel kesehatan yang saya baca di internet, kram otot di malam hari bias disebabkan banyak hal seperti kehamilan, malas bergerak, posisi duduk yang tidak benar, berdiri terlalu lama, efek obat-obatan, kondisi medis tertentu, dan lain-lain. Saat hamil anak ketiga memang terasa perut lebih besar dan berat. Memasak di dapur sambal berdiri beberapa menit saja rasanya cape sekali. Ternyata setelah anak ketiga lahir, kram ototnya masih terasa, dan lagi-lagi seringnya di malam hari saat mau tidur atau saat sudah tertidur. Hal ini mungkin dikarenakan saya sering menyusui dengan posisi miring yang lama sampai anak tertidur, sehingga ototnya stress. Ditambah lagi, usia saya pun tak lagi muda, jadi massa otot sudah banyak ...

Sebagaimana kita semua tahu, bahwa negara kita saat ini sedang mendapatkan musibah. Sebanyak lebih dari 1000 orang di Indonesia sudah terpapar virus Covid-19. Setiap hari korban berjatuhan sehingga pemerintah menganjurkan masyarakat untuk melakukan social distancing, dengan melakukan berbagai kegiatan seperti bekerja dan belajar dari rumah. Sejak ada anjuran pemerintah untuk melakukan social distancing, kantor suami memerintahkan work from home (WFH), begitu juga sekolah anak menerapkan study from home (SFH). Sudah dia minggu lebih nih kami melakukan berbagai aktivitas di rumah aja, membatasi beraktivitas di luar rumah sekaligus karantina mandiri sebagai upaya pencegahan dari paparan virus yang lagi viral ini. Terus bagaimana kami memenuhi berbagai kebutuhan kami? Kami menggunakan fasilitas pesan antar untuk membatasi kontak dengan orang lain dan fasilitas umum di jalan yang mungkin terpapar virus. Kami memesan bahan makanan secara online yang pembayarannya bisa dilakukan dengan tr...