Posts

Showing posts from November, 2013

Masuk Neraka Siapa Takut? #Laa Taghdhab...

Image
Astaghfirullahaladzim! Saya beristighfar dan mengelus dada saat membaca Sebuah berita di website ini . Seorang ibu bernama Jennifer Maria Vargas, 34 tahun, yang tinggal di Kota San Antonio, Amerika Serikat, marah pada anaknya yang berusia 6 tahun sehingga dia mencerabut kantong zakar anaknya sampai robek! Ya Allah, sebegitu dahsyat amarah si ibu sehingga ia berbuat demikian. jadi ingin memeluk erat anak saya yang usianya tak jauh berbeda dengan korban kekerasan di atas sambil berdoa semoga saya dijauhkan dari hal yang demikian. Ada sebuah kata bijak dari blog TemanTakita tentang marah pada anak ini: Amarah itu seperti api Berhati-hatilah marah pada anak Agar tidak membakar kebaikannya Memang tidak semua perilaku anak sesuai dengan kemauan orangtua. Bahkan, bisa membuat orangtua marah. Marah yang kecil bisa bermanfaat, bisa membuat anak sadar akan kesalahannya. Seperti api kecil yang menjadi penerang saat malam yang gelap. Seperti api unggun yang menjadi penghangat saat malam yan

Du di du di dam

Image
Saya sedang menemani si kecil nonton BabyfirstTV siang itu yang sedang menayangkan seni menggambar dengan pasir. "Umi, apa itu?" Tanyanya. "Kue" jawab saya, karena memang terlihat bulat seperti kue. "Bukan, itu du di du di dam" "Ooh iya, itu drum" dan ternyata itu memang gambar sebuah drum. Gadis kecilku itu selalu tertukar antara drum dan judul lagu Eno Lerian kecil!

Jangan Sepelekan Recehan

Image
Pagi hari adalah saat-saat sibuk bagi setiap ibu. Menyiapkan anak yang akan pergi sekolah dan suami yang akan pergi kerja, memasak, mencuci, menyapu dan mengepel, dan lain-lain. Tak terkecuali saya. Tiap pagi saya harus menyiapkan sarapan untuk keluarga- walaupun cuma telor goreng- dan bekal untuk anak pertama saya yang sudah di bangku SD berupa snack dan lunch. Suatu hari, saya menyadari kalau saya belum berbelanja untuk bekal snack si kakak. Di kulkas pun tidak ada sesuatu yang bisa 'disulap' jadi snack. Tapi saya tidak terlalu khawatir karena setiap pagi ada tukang roti yang lewat depan rumah. Tapi saat buka dompet saya kembali khawatir karena tidak menemukan uang pecahan kecil. Pagi-pagi begini mana ada tukang jualan yang pegang uang banyak untuk kembalian. Ah..tiba-tiba saya ingat, suami saya suka menyimpan recehan koin-koin di sebuah mangkuk di kamarnya. Setelah dihitung-hitung, ternyata cukup untuk membeli sebuah roti! Bahkan mungkin dua, tiga, atau empat buah roti. Alh

Karena Saya Membutuhkannya

Image
Saat Sebuah Pertanyaan diajukan " Mengapa anda layak menerima Aspire E1 Slim Series , yang didukung prosesor intel® mulai dari Intel® Celeron® dan Core Tmi3, dan 30% lebih tipis?" Jujur, saya sedikit bingung menjawabnya. Dalam hati terdalam saya menginginkannya (hehe malu nih), karena memang notebook Acer Aspire E1 Slim dengan variasi pilihannya sungguh keren. Namun, saya juga tahu diri bahwa tidak banyak karya yang bisa saya banggakan. Saya hanya seorang ibu rumah tangga, bekas karyawan, yang sedang belajar menulis. Seperti yang sudah saya katakan dalam artikel sebelumnya, tulisan saya pernah dimuat di beberapa media dan dibukukan, kebanyakan dalam bentuk cerita pendek. Setelah keluar kerja, saya menargetkan untuk menerbitkan buku minimal satu buku setahun. Ternyata, target itu tidak terlaksana karena terkendala waktu dan fasilitas. Waktu itu saya sibuk mengurus anak kedua yang masih bayi. Dan, walau di rumah ada komputer, tidak selalu bisa saya pakai karena banya

Proyek Monumental Tahun 2014, Sebuah Hadiah Untuk Buah Hati

Image
Menjadi ibu rumah tangga penuh, mengurus sendiri rumah dan keluarga, merupakan impian saya. Oleh karena itu, setiap bekerja di luar rumah yang menuntut untuk meninggalkan keluarga beberapa jam sehari, tidak berlangsung lama karena hati saya tertaut kembali ke rumah. Namun walau kelihatannya banyak waktu luang, walau kelihatannya cuma menyapu, mengepel, dan bermain dengan anak, ternyata -seperti halnya pekerjaan lain- menjadi ibu rumah tangga tidak mudah. Kebosanan dengan suasana rumah, anak-anak yang sulit diatur, kurang kompak dengan pasangan dalam mendidik anak, menciptakan permainan edukatif, adalah masalah umum yang kerap dihadapi ibu rumah tangga. Untuk menyeimbangkan hidup, maka saya mulai mencari kegiatan yang memungkinkan saya tetap dekat dengan anak-anak. Saya terinspirasi dengan seorang sahabat penulis, Leyla Hana, yang memiliki 3 anak balita aktif, tak punya pembantu, namun tetap dapat berkarya menelurkan buku. Saya berfikir, saya yang anaknya baru dua masa tidak bisa sepe

Sehari Tanpa Gadget Itu Mudah Kok!

Image
"Umiiiiiii..." Saya tersentak dan segera menutup aplikasi note pada smartphone saya, saat mendengar teriakan si sulung. "Ya ya ya, ada apa?" Segera saya simpan smartphone dan memenuhi keinginannya. Hal ini beberapa kali terjadi saat saya memutuskan untuk berusaha aktif menulis (lagi) di blog . Bukan menulisnya yang salah, mungkin pemilihan waktu yang salah yaitu ketika anak-anak membutuhkan perhatian saya. Maka, jika ada tantangan sehari tanpa gadget, dengan senang hati saya akan melakukannya agar perhatian saya penuh untuk keluarga. Sebenarnya, pernah beberapa kali saya tak menyentuh gadget seharian yaitu saat hari-hari memiliki bayi baru dan saat-saat sakit (ya iyalah, dalam keadaan seperti itu semua orang sepertinya bisa untuk tak menggunakan gadget. Ya kan?). Dan ternyata sebenarnya sehari tanpa gadget itu mudah kok. Yang perlu kita lakukan adalah: Niat Pancangkan niat yang kuat untuk tak menyentuh gadget sehariiiii saja. Niat itu awal dari perbuatan. Ma

Acer, Sahabat Anakku Kini dan Nanti

Image
"Kakak cita-citanya apa?" "Cita-cita itu apa mi?" "Mm..cita-cita itu..nanti kalau kakak besar mau jadi apa." "Mau jadi dino." "Haaa..dino kan binatang, tidak punya otak. Manusia lebih hebat punya otak untuk berfikir. Lagipula dino kan sudah punah." "Hehe.." "Memang kalau dino benar-benar ada, mau?" "Nggak" "Kenapa?" "Takut dimakan sama dino.." Pada kesempatan lain setelah anak sulung saya membantu mencuci piring, "Kakak kalau sudah besar mau jadi apa?" "Kalau sudah besar kakak mau jadi pembantu umi." "Hah..maksudnya kakak senang membantu umi ya?" "Iya" Pada kesempatan lain lagi, "Mi, mau beli mainan" "Mainan kakak sudah banyak. Nanti aja ya nabung dulu atau nanti kakak kerja dulu uangnya bisa beli barang yang kakak inginkan" "Kakak mau kerja mi. Mm..kerja apa ya?" "Jualan mau nggak? Dulu umi suk

Dear Son: Sebuah Catatan tentang Anak Lelakiku

Image
#Dear Son, Dua bulan setelah menikah dengan ayahmu, umi dinyatakan positif mengandungmu. Ada rasa syukur pada-Nya karena anugerah ini, juga khawatir apakah umi sanggup mengemban amanah ini mengingat umi sedang menyelesaikan skripsi dan harus bolak-balik Jakarta-Bandung selama penggarapan skripsi ini. Ayahmu tercenung saat umi menyampaikan berita bahagia ini, tak ada komentar. Entah apa yang ada di pikirannya. Mungkin khawatir tentang biaya hidup yang akan semakin besar, mungkin sedang berfikir rumah yang nyaman untuk si jabang bayi, entahlah. Umi hanya bisa meyakinkannya untuk bersyukur atas titipan-Nya, tak semua orang mendapat kesempatan ini dan bukankah tujuan setiap pasangan menikah adalah untuk memiliki anak? #Dear Son, Seperti semua mama hamil lain, umi pun mengalami morning sickness. Setiap pagi, makanan yang dimakan dimuntahkan lagi. Tapi umi tak pernah menyerah, meski sedikit-sedikit umi terus makan supaya ada asupan nutrisi untukmu. Untunglah morning sicknessnya tak lama