Posts

Showing posts from November, 2014

Hujan Air Mata di Film Wedding Dress

Image
Hari itu Sora pulang sekolah dijemput ibu. Dari dalam mobil, ibu Sora menyuruhnya segera naik. Namun, gadis kecil itu diam saja. Ibu Sora akhirnya keluar sambil melindungi kepalanya dengan jaket. Cuaca memang sedang hujan. Ibu Sora menasihatinya agar jangan lupa membawa payung agar tak kehujanan pulang sekolah. Pulang sekolah, Sora langsung diantar ke tempat les balet. Ibu Sora tidak tahu, sebenarnya Sora tak pernah lagi masuk kelas balet. Sora menyelinap masuk kelas les lain dan bertemu dengan seorang pria yang dipanggilnya kakak. Sora tidak mau bertemu dengan temannya di kelas balet, Gina, karena mereka pernah berselisih. Ibu Sora yang seorang desainer baju pengantin menderita kanker lambung. Karena kesibukannya bekerja, dia tidak pernah benar-benar memeriksakan diri, hanya minum obat pereda sakit. Ibu Sora menyadari waktunya dengan anaknya tak akan lama, ia pun bertekad untuk menghabiskan sisa hidup sesering mungkin dengan Sora. Ibu Sora membelikan Sora mainan yang diingink

Ternyata, Kakak Sayang Adik

Image
Rusuh. Ya, setiap hati itulah yang terjadi di rumah. Mainan berhamburan dari lemari mainan, Zaidan dan Raissa berteriak dan menjerit lalu saling ledek dan berakhir dengan salah satu marah atau menangis. Setiap hari rasanya tidak lengkap kalau Zaidan tidak usil sama Raissa dan Raissa akan membalasnya dengan jeritan, cubitan, pukulan dan tangisan. Ketika saya bertanya kenapa Zaidan suka usil sama Raissa, jawabnya hanya bercanda, hanya main-main saja. Kadang-kadang saya biarkan, tapi kalau sudah membuat bahaya keduanya, atau seisi rumah sudah tak tahan dengan teriakan-teriakan, saya akhirnya turun tangan. Suatu hari, saya terlambat menjemput Zaidan pulang dari les FAHIM Qur'an . Segera saya jemput Zaidan. Di tengah jalan, saya berpapasan dengan Zaidan yang tengah lari-lari kecil menuju rumah sambil menjinjing sesuatu di tangannya. "Mi, ini sandal Raissa ketinggalan!" Kata Zaidan.

Origami Matahari

Image
"Apa ini, kak?" Tanya saya saat membongkar tas Zaidan dan mendapati dua buah segitiga dari origami. "Ini dari temen kakak. Buatin kayak gini dong mi, yang banyak. Nanti kalau disambung jadi matahari." Jawab Zaidan sambil membongkar satu segitiga. Maka malam itu saya dan Zaidan berkutat dengan kertas origami (lagi). Padahal besoknya Zaidan harus sekolah. Biasanya ketika besok hari sekolah, malamya berkutat dengan buku. Kayaknya sih sorenya udah belajar. Hihi, emaknya juga butuh refreshing dari buku-buku pelajaran anaknya yang kadang bikin emak keder juga. Melipat kertas dan membentuknya menjadi sesuatu adalah hiburan tersendiri.

Serunya (Memahami) Bahasa Si Kecil

Image
Saya lupa, kapan tepatnya anak-anak pertamakali bicara, apa kata pertama yang mereka ucapkan. Terlalu ya. Yang paling saya ingat adalah perasaan bahagia luar biasa ketika anak akhirnya bisa memanggil saya umi atau mendekati kata umi, ketika saya bisa mengerti apa yang disampaikan anak dengan bahasa ‘planetnya’.  Ketika anak pertama (Zaidan) lahir, orangtua saya mengajarkan untuk mengajak anak bicara, walaupun anak yang masih merah itu tentu saja belum bisa bicara. Berbagai bahan bacaan pun mengatakan demikian. Aneh dan geli rasanya merayu-rayu bayi mungil yang cuma bisa jawab dengan senyuman, tangisan dan ocehan tak jelas. Ternyata menurut psikolog Alzena Masykouri M.Psi, kemampuan berbahasa bayi dimulai dari tangisan.

Kunci Sehat Ibu Chadidjah (92 Tahun)

Image
Namanya Ibu Chadidjah Darto Soedarmo, asal Bukittinggi. Ibu empat orang putra dan tujuh orang cucu ini berusia 92 tahun. Namun beliau masih sehat dan bugar. Beliau mampu berjalan tanpa dipapah, bisa membaca tanpa kacamata, dan memiliki ingatan yang masih sempurna. Bahkan beliau mendapat gelar S1 Bahasa Inggris di usia 50 tahun! Kunci sehat beliau ada 4, yaitu:

Entrepreneur Cilik

Image
“Kak, panas ya. Kita bikin es teh yuk, atau es milo. Mm..pasti enak.” Kata saya di suatu siang yang terik. “Iya, habis itu esnya kita jual ya mi.” Kata Zaidan. Wah, sudah terpikir untuk jualan ya. Apa karena jatah membeli mainannya berkurang? Saya memang membatasi anak-anak beli mainan. Selama mainan yang di rumah bisa dipakai atau bisa membuat sendiri dengan bahan seadanya, lebih baik tidak membeli mainan. Sudah pengalaman berulang kali, beli mainan lalu tak lama kemudian mainannya rusak. Bikin sakit hati emak saja yang berjuang untuk irit, hiks. Saya pernah bilang ke Zaidan, nanti kalau dia sudah bisa mencari uang sendiri, boleh menggunakan uang yang didapat semaunya. Cara mendapatkan uangnya ya dengan berjualan salah satunya.

Harta Karun Itu Bernama Origami

Image
Menemukan setumpuk kertas origami saat beres-beres di kamar anak, seperti menemukan harta karun. Begitu juga kalau anak menemukan mainan lama yang dicari-cari. Senangnya bukan main. "Mi, kakak mau bikin amplok buat umi." Kata Zaidan. "Bukan amplok, yang betul amplop." ralat saya. "Ya, amplop" Kata Zaidan lagi sambil terus melipat-lipat kertas origaminya. Minggu sore kemarin kami memang tidak kemana-mana. Ah biasanya juga nggak kemana-mana kok, hehe. Hari Minggu biasanya ayahnya anak-anak ingin istirahat. Apalagi kalau sore  sekarang suka hujan, jadi makin betah deh kami di rumah. Biar anak-anak tidak bosan, salah satu permainan yang bisa dilakukan ya bermain lipat kertas origami .

Asyiknya main Drum

Image
"Mi, Aisa mau main dram!" Pinta Raissa sabtu sore kemarin. Mm, kenapa Raissa  tiba-tiba minta main drum ya, pikir saya sambil melihat semua mainannya yang berhamburan di lantai. Iernyata, Raissa menemukan stik drum mainan milik kakaknya, Zaidan. Saya pun mencari-cari kaleng drum milik Zaidan. Nihil. Lalu saya ingat, saya sudah membuangnya karena sudah penyok-penyok. Mata saya mencari-cari barang apa yang bisa Raissa pakai sebagai drum. Aha, ada kaleng bekas kue yang biasa dipakai Raissa sebagai tempat mainannya yang berukuran kecil.

Semua Ingin Dilakukan Sendiri

Image
"Aisa mau sendiri aja!" Teriak Raissa saat saya pegang tangannya keluar dari kamar mandi sehabis buang air kecil (BAK). Dia mau keluar kamar  mandi sendiri menuruni tangga (lantai kamar mandi sedikit lebih tinggi dari lantai rumah). "Aisa mau baju yang ini!" Di saat lain Raissa hanya mau baju yang dia sukai. Dia tidak mau saya pilihkan baju lagi. Terpaksa, salah satu baju baru lebarannya saya kasihkan ke teman Raissa sebagai kado ulang tahun, karena Raissa tidak mau memakainya. Alhamdulillah , jadinya tidak mubadzir . "Aisa mau mandi sendiri! Umi sana.." Raissa juga kadang maunya mandi sendiri pakai shower atau gayung. Tidak ketinggalan, beberapa mainannya diboyong ke kamar mandi seperti cangkir-cangkiran, boneka plastik dan yang lainnya. Saya disuruh menunggu di luar kamar mandi.

Bapak, Si Tukang Memperbaiki

Image
Sudah beberapa hari ini kacamata saya ‘bergoyang-goyang’. Mungkin mur-nya kendor, mungkin juga karena hal lainnya. Ah, kenapa saya tiba-tiba teringat bapak. Kalau melihat hal ini, bapak pasti langsung ambil perkakas dan memperbaiki yang rusak. Kalau sedang di rumah saya, bapak pasti tak pernah duduk diam. Dia memperbaiki jemuran saya yang mulai patah. Dia mengikat bagian yang patah dengan tali rafia sehingga jemuran menjadi kokoh. Bapak mencabuti rumput-rumput di depan rumah yang mulai memanjang. Bapak mengikat pisau dapurku dengan tali rafia agar pegangannya kuat, lalu mengasahnya. Bapak jarang merepotkan ibu. Kalau ada yang bisa beliau lakukan sendiri, beliau lakukan. Ah bapak, si tukang memperbaiki yang sangat saya idolakan. 

Daftar Sekolah Mulai Dari Sekarang

Image
Sekolah Za biasanya sudah membuka pendaftaran untuk siswa baru sejak bulan Desember. Mm, jadi ingat saat-saat hunting sekolah untuk Za. Harus daftar di awal waktu agar dapat masuk ke sekolah yang diinginkan. Selain itu, biasanya jika daftar lebih awal beberapa sekolah memberi potongan biaya pendaftaran. Entahlah kalau sekolah negeri, saya tak tahu persis bagaimana mekanisme pendaftarannya. Dan, biaya sekolah negeri termasuk gratis, kalau saya tak salah. Di dekat tempat tinggal saya di Bintaro, Tangerang Selatan, sebenarnya bertebaran sekolah, dari mulai playgroup sampai perguruan tinggi, dari mulai negeri sampai swasta. Antara lain:

Satu Hari, Dua Tragedi

Image
Dua hari yang lalu, Siang itu panas sekali. Matahari bersinar terik. Zaidan baru saja pulang diantar jemputan sekolah. Saya angkat baju dari jemuran. Sebagian yang masih basah saya biarkan. Saya sapu halaman depan. Debunya terlihat beterbangan. Lalu saya siram halaman dengan air biar suasana sedikit adem. Air yang masih menggenang, saya 'seret' dengan sapu lidi keluar pagar. Zaidan dan Raissa yang duduk-duduk dekat pintu terkagum-kagum melihat banyaknya air yang 'tumpah' di halaman. Tumben mereka tidak ikut menciprat-cipratkan air, pikir saya.    Ketika itulah seseorang menghampiri saya. "Bu, saya boleh nggak numpang masak? Gas saya habis" Karena takut salah dengar, saya bertanya lagi apa keperluannya. "Saya boleh numpang masak? Gas saya habis" Tanyanya lagi dengan suara bergetar. Oh, ternyata saya tak salah dengar. "Oh ya silahkan.." jawab saya. "Bentar ya, saya ambil dulu beras dan yang lainnya." Katanya. 

Ibu, Samudera Cinta Yang Tak Terbantahkan

Image
Bicara tentang ibu, tak lepas dari berbagai fakta tentang cinta dan kasih sayang, rasa nyaman dan kesabaran. Saya ingat betul. Saat usia pra sekolah, saya tidur berdua dengan adik. Karena adik saya laki-laki, ibu memisahkan kami dengan sebuah bantal guling. Kadang ibu menemani tidur, kadang setelah kami tidur ibu pindah ke kamarnya. Kalau ibu tidur di samping saya, saya suka menyelusup ke dada ibu. Rasanya nyaman dan aman sekali. Bahkan sampai besar (kecuali setelah menikah), saya suka sekali tidur dengan kepala menempel di paha ibu. Kalau ibu sedang tiduran, tak tahan rasanya untuk tak ikut tiduran. Kepala saya langsung nempel di paha atau pantat ibu. Apalagi badan ibu gemuk, makin asyik saya 'gangguin' ibu. Pantas saja, Raissa dan Zaidan maunya nempel saja sama saya. Zaidan yang usianya sudah 7 tahun masih ingin digendong atau dipangku. Mereka mungkin menemukan rasa nyaman seperti saya pada ibu.  Waktu usia SMP, pernah saya ngambek pada ibu, ingin dibelikan tas kain yan

Kunjungan Zaidan ke Yayasan Sayap ibu Bintaro

Image
Hari ini Zaidan dan teman-teman sekolah beserta guru berkunjung ke Yayasan Sayap Ibu Bintaro. Yayasan Sayap Ibu Bintaro merupakan cabang dari Yayasan Sayap Ibu Pusat yang berkedudukan di Yogyakarta (awalnya di Jakarta). Yayasan non profit dan non pemerintah ini kegiatan khusunya menyantuni dan menangani anak-anak cacat terlantar. Yayasan Sayap Ibu Pusat didirikan tahun 1955 oleh Ny. Sulistina Sutomo (istri pahlawan nasional Bung Tomo) beserta Ny. Soekardi dan Ny. Garland Soenatyo. Sedangkan Yayasan Sayap Ibu Bintaro baru didirikan tanggal 1 Oktober 2005. Didorong rasa ingin tahu dan penasaran, bagaimana kesan Zaidan yang masih 7 tahun setelah berkunjung ke sana, saya pun mencoba membuka perbincangan dengannya.

Tukang Roti Pertama

Image
Siapa yang tak suka roti. Makanan berbahan tepung dengan isian macam-macam ini sudah akrab dengan kita. Konon, sejarah roti  berawal dari Mesir dan Mesopotamia. Roti ditemukan saat mereka mencari cara lain untuk menikmati gandum. Gandum yang awalnya dikonsumsi langsung ternyata dapat dilumat bersama air sehingga membentuk pasta. Pasta yang dimasak di atas api kemudian mengeras dan dapat disimpan beberapa hari. Bagi sebagian orang terutama di negeri barat roti adalah makanan pokok. Di negeri kita Indonesia, seringkali roti dimakan sebagai cemilan. Belum makan nasi, belum lengkap. Demikian kita bilang (saya bilang maksudnya hihi). Semua roti dengan rasa apapun saya biasanya suka. Alhamdulillah, bisa makan roti kadang-kadang. Walau kita anggap cemilan, harganya masih lebih mahal dibanding kue-kue jajanan pasar yang biasa saya beli di tukang sayur. Kalau Zaidan biasanya suka roti sosis, pizza, coklat, dan kadang keju. Raissa lainlagi, seringkali dia maunya roti yang berbentuk seperti