Tentang Pedagang Jujur
Beberapa kali saat pesan sayur ke tukang sayur langganan lewat sms, saya mendapati wortel yang sebagian sudah busuk. Kadang, ayam potong sudah tak segar. Satu atau dua kali. Saya kecewa sekali. Ingin complain, tapi kok kasihan ya..kadang saya melihat gerobaknya sepi pembeli. Ya sudah, saya menahan diri. Mungkin saya yang harus lebih hati-hati saat berbelanja dan selalu sempatkan diri datang langsung ke gerobaknya agar bisa langsung memilih sayur dan lauk yang segar. Lagipula, ada seorang ibu pembeli lain yang jika belanja kedengarannya complain terus. Rasanya sudah cukup terwakili, tak perlu lagi saya 'berceloteh' hihi..
Di lain kesempatan, saya mendatangi langsung gerobak sayur langganan. Ternyata, datang langsung juga tak menjamin saya mendapat produk yang bagus. Pernah, tahu telur yang saya beli ternyata sudah busuk. Atau pindang bandeng yang sudah berulat..hiyy. Di satu sisi, saya maklum. Mungkin karena saking banyaknya barang atau sibuk melayani, sang penjual tak sempat lagi memeriksa mana barang yang rusak dan mana yang masih bisa dijual. Dia juga tentunya tak mau mengalami kerugian. Di sisi lain, pembeli juga mengharapkan produk yang bagus dan kejujuran penjual. Dan tentunya pembeli juga harus pintar dan teliti memilih sayur atau lauk yang bagus.
(Ilistrasi dari sini)
Rasulullah SAW dikenal sebagai orang yang jujur dalam berdagang. Jika ada cacat dalam barang dagangannya, beliau tidak menutupinya. Karena itu, beliau mendapat julukan Al Amien, artinya orang yang terpercaya. Sahabat Rasulullah pun merupakan para pedagang yang jujur. Abu Bakar ASh Shiddiq radhiallahu’anhu adalah pedagang pakaian. Umar radhiallahu’anhu pernah berdagang gandum dan bahan makanan pokok. ‘Abbas bin Abdil Muthallib radhiallahu’anhu adalah pedagang. Abu Sufyan radhiallahu’anhu berjualan udm (camilan yang dimakan bersama roti).
Hadist Rasulullah SAW berikut seharusnya dapat memotivasi semua orang agar jujur dalam berdagang:
“Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan para syuhada” (HR. Tirmidzi no.1209)
Sesulit apapun kondisi ekonomi, pedagang jujur bukan berarti tak ada. Toko buku dekat rumah saya kebetulan menyediakan cemilan juga. Saat saya beli alat tulis untuk Zaidan, sekalian lah saya membeli kue keju untuk cemilan anak-anak. Sang pelayan mempersilahkan saya memilih kue yang bungkusnya lebih bagus. Memang beberapa kue itu bungkus plastiknya terlihat kusam. Makasih ya mbak pelayan, semoga aja suatu hari punya toko sendiri (Ssst..saya juga mau Ya Allaah...).
Wallahua'lam
Di lain kesempatan, saya mendatangi langsung gerobak sayur langganan. Ternyata, datang langsung juga tak menjamin saya mendapat produk yang bagus. Pernah, tahu telur yang saya beli ternyata sudah busuk. Atau pindang bandeng yang sudah berulat..hiyy. Di satu sisi, saya maklum. Mungkin karena saking banyaknya barang atau sibuk melayani, sang penjual tak sempat lagi memeriksa mana barang yang rusak dan mana yang masih bisa dijual. Dia juga tentunya tak mau mengalami kerugian. Di sisi lain, pembeli juga mengharapkan produk yang bagus dan kejujuran penjual. Dan tentunya pembeli juga harus pintar dan teliti memilih sayur atau lauk yang bagus.
(Ilistrasi dari sini)
Rasulullah SAW dikenal sebagai orang yang jujur dalam berdagang. Jika ada cacat dalam barang dagangannya, beliau tidak menutupinya. Karena itu, beliau mendapat julukan Al Amien, artinya orang yang terpercaya. Sahabat Rasulullah pun merupakan para pedagang yang jujur. Abu Bakar ASh Shiddiq radhiallahu’anhu adalah pedagang pakaian. Umar radhiallahu’anhu pernah berdagang gandum dan bahan makanan pokok. ‘Abbas bin Abdil Muthallib radhiallahu’anhu adalah pedagang. Abu Sufyan radhiallahu’anhu berjualan udm (camilan yang dimakan bersama roti).
Hadist Rasulullah SAW berikut seharusnya dapat memotivasi semua orang agar jujur dalam berdagang:
“Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan para syuhada” (HR. Tirmidzi no.1209)
Sesulit apapun kondisi ekonomi, pedagang jujur bukan berarti tak ada. Toko buku dekat rumah saya kebetulan menyediakan cemilan juga. Saat saya beli alat tulis untuk Zaidan, sekalian lah saya membeli kue keju untuk cemilan anak-anak. Sang pelayan mempersilahkan saya memilih kue yang bungkusnya lebih bagus. Memang beberapa kue itu bungkus plastiknya terlihat kusam. Makasih ya mbak pelayan, semoga aja suatu hari punya toko sendiri (Ssst..saya juga mau Ya Allaah...).
Wallahua'lam
kalo jujur kyknya lbh enak ya mbk..aplgi dpersilhkn bt milih kmasan yg msh bhus :)
ReplyDeleteJadi nyaman belanjanya dan tenang...
DeleteWah belanjanya makin mengikuti teknolgi ya.. bisa sms-an :D
ReplyDeleteIya bisa mba SMS nanti diantar sayurnya..:)
DeleteJujur itu ternyata mmg soal HATI. kl kita yakin, rejeki gak kemana, insya Allah jujur itu mudah.
ReplyDeleteSetuju pa..:)
DeleteDi tempatku juga gitu, Nia, pedagang sayur tetap menjual sayur dan ikannya walo udah busuk
ReplyDeleteHaduh..ga sehat kalo udah busuk gitu ya
DeleteJujur memang sangat diutamakan dalam kondisi apapun.
ReplyDeleteSalam kenal ya mbak..
Jika berkenan mampir ke postingan baruku mbak,.jgn lupa tinggalkan komentar yah hehhe makasih banyak :D
http://catatandewisri.blogspot.com/2014/05/hidup-bahagia-dan-sejahtera-di-usia.html
Salam Kenal juga mba..insyaAllah mampir..
Deletemakasih ya mbak udh kasih komentar di postingan saya, dan udh mau follow back jg hehee :)
DeleteSama22 mba.
DeleteTapi mak, ada juga penjual yang menggunakan bahan-bahan berbahaya supaya sayuran atau daging yang dijualnya awet, gak cepat busuk. Malah yg kaya gini lebih berbahaya lho dibanding tukang sayur yg menjual barang dagangan yg busuk. Kalau kita liat barangnya busuk kan pasti gak dimakan, tapi kalau kita liat barangnya bagus ya kita makan, padahal yg barangnya bagus itu malah bahaya karena ada zat-zat beracun, seperti formalin gitu. Ya, mudah-mudahan kita gak ketemu sama pedagang-pedagang nakal kaya gitu ya mak..
ReplyDeleteIya juga sih mak..bahaya banget..ngga jujurnya kebangetan..harus pinter milih barang yg dibeli ya
Delete