Mampir Sejenak di Sate Maranggi Cibungur Purwakarta
Hari Sabtu Minggu kemarin saya
dan keluarga berkesempatan silaturahim ke rumah orangtua saya di Kuningan.
Minggu siang, kami harus kembali ke Bintaro. Tidak seperti sebelumnya, kali ini
perjalanan cukup lancar, tidak ada acara macet, hanya sempat muter-muter Jakarta
saja karena jalan tol yang harusnya dimasuki terlewat. Memang di beberapa ruas
jalan di jalur Pantura ini sedang ada berbagai perbaikan. Rupanya, menjelang
arus mudik lebaran tahun ini, jalan-jalan sedang dipersiapkan untuk para
pemudik.
Sebelum memasuki tol Cipularang,
kami mampir ke sebuah tempat makan di daerah Purwakarta. Selain supir harus
beristirahat, anak-anak juga harus ke kamar mandi. Kami semua bisa melepas
lelah dan sholat di sini.
Begitu memasuki tempat makan,
saya baru ngeh. Ternyata saya dulu pernah datang ke sini, ke restoran Sate
Maranggi Cibungur, bersama rombongan kakak ipar saat mudik tahun-tahun
sebelumnya. Begitu masuk restoran, bukan kursi dan meja yang kita lihat. Tapi toko
souvenir yang menyediakan berbagai souvenir dari keramik dan kayu. Ada juga
berbagai makanan khas daerah Purwakarta yang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.
Toko suvenir di depan restoran Sate Maranggi Cibungur. Cuma sempat moto ini.. |
Di belakang toko souvenir,
barulah terlihat puluhan kursi dan meja panjang berderet rapi. Asap mengepul
dari tempat pembakaran sate. Pengunjung tampak ramai memenuhi meja dan kursi. Meski begitu, pelayanan di restoran ini cukup cekatan. Begitu
kami duduk, pelayan langsung datang dan memberikan daftar menu. Meja yang kotor dengan sampah makanan dan piring bekas langsung dilap. Pelayan lain
langsung memberikan teh tawar hangat gratis ke meja kami. Makanan dan minuman
datang tak begitu lama setelah dipesan.
Kami memesan nasi dan sate ayam. Satu
porsi sate ayam dihargai 35 ribu rupiah per 10 tusuk. Sementara, nasi hangat dibungkus
daun pisang dihargai 6 ribu per porsi. Menurut beberapa sumber yang saya baca,
perbedaan sate maranggi dengan sate lainnya adalah rasanya yang empuk, gurih
dan manis seperti dendeng. Memang setelah saya coba, sate ayamnya empuk meski
ukurannya lebih besar dari sate ayam yang biasa saya beli di dekat rumah. Juga,
tak ada lemaknya. Diguyur kecap saja sudah nikmat, apalagi ditambah sambal
tomat pedas. Zaidan dan Raissa pun lahap sekali makannya. Oh ya, Untuk ukuran
dewasa, porsi nasinya pasti kurang dan ingin nambah lagi.
Sumber: http://www.cumilebay.com/2013/02/cibungur-original-sate-maranggi.html |
Sumber: http://www.cumilebay.com/2013/02/cibungur-original-sate-maranggi.html |
Di restoran Sate Maranggi
Cibungur Purwakarta, selain menu sate ada juga menu lainnya seperti batagor, es
kelapa muda, nasi tutug oncom, ikan bakar, sop dan bulai kamping atau sapi, dan
sebagainya. Oh ya, musholanya juga cukup nyaman di sini. Hanya saja, tempat wudhu untuk perempuan dan laki-laki bercampur. Jadi, untuk wanita lebih nyaman wudhu di kamar mandi yang tertutup yang terletak tak jauh dari mushola.
Sebenarnya, ada dua daerah di
Jawa Barat yang mengkalim sebagai tempat kelahiran maranggi, yaitu Cianjur dan
Purwakarta. Di Cianjur, maranggi terbuat dari daging sapi. Sedangkan di
Purwakarta, terbuat dari daging domba dan sapi. Di Cianjur, maranggi disajikan
dengan nasi uduk atau ketan bakar, serta sambal oncom. Di restoran Sate
Maranggi Purwakarta, maranggi disajikan dengan sambal tomat pedas dan nasi
putih yang dibungkus daun pisang.
Kalau bapak, ibu, om, tante,
kebetulan mau masuk atau keluar tol Cipularang, tak ada salahnya mampir ke Sate
Maranggi Cibungur di Jalan Raya Cibungur Purwakarta dengan nomor telepon (0264)
351077.
Sumber referensi:
Nyam-nyam, enak sekali sepertinya mbak...blm pernah nyoba. Berarti...satenya nggak pake bumbu kacang ya mb.. Di sini ada juga,tp jarang, dan itu...blm pernah nyoba. Klo ketemu sate ayam, seringnya berbumbu kacang. Klo sate kambing, berbumbu kecap. Klo di jogja, yang khas sate klathak mb. Blm pernah posting ttng jenis sate itu...kapan2...
ReplyDeleteiya mba, bumbunya sambal tomat dan kecap...:)
Deletedi tasikmalaya juga ada mba sate maranggi jadi engga perlu jauh-jauh ke cibungur mba mungkin rasanya sama :)
ReplyDeletesip :)
Deleteini tempat sate favorit saya sejak tahun 2000, rasa, tempat dan suasananya masih sama seperti yang dulu ya Mak :) *glek* jadi ngilerrr
ReplyDeleteiya bener sepertinya ngga berubah :)
Deletewah mba, sering baca ulasannya di Koran, tapi belum sempat mampir..
ReplyDeletepastinya enak ya..
kalau lewat mampir mak :)
DeleteSepertinya mak nyuss sate marangginya...btw kenapa dikasih nama maranggi ya? Artinya apa mbak maranggi...hihihi keponya kumat
ReplyDeleteiya ya kenapa maranggi, ga terpikirkan. coba nanti saya cari tahu dulu
DeleteDulu aku pernah tinggal di Purwakarta, rumah makan ini satu2nya yang gak mati setelah ada jalan tol di Sadang :D
ReplyDeleteooh berapa lam tinggal di Purwakarta mba??
Deletepotongan dagingnya gede2 gitu, mantep :))
ReplyDeleteiya mak, potongan dagingnya lumayan besar
DeleteAku udah pernah tapi ada kali kalau 10 tahun lalu. Lupa rasanya. Traktir dong biar inget heheee
ReplyDeleteoh mak Lusi pernah ke sini juga ya...
Deleteunik, bumbunya tomat pedas. tapi lumayan juga ya harganya 35 ribu (ketauan sering beli yg belasan ribu, :p) tapi kalau gede2 dan tanpa lemak, wajar sih, malah memuaskan, ya mbak.. saya belum pernah ke purwakarta. kapan ya ke sana.. :v
ReplyDeleteiya, mahal sih jika dibanding tukang sate yang pake gerobak dekat rumah yang cuma 15000/10 tusuk
DeleteJadi kangen Purwakarta neh..sudah lama ga kesini..sate maranggi juga enak
ReplyDeleteemang mba Liswanti dari mana asalnya???
DeleteNasinya mahal juga ya mak, 6000 :D hehe, berasnya pulen kali ya.. Sayaaang kok gak ada foto mak dan anak2 lagi maeeem..
ReplyDeleteiya nih mak, cuma sempat moto di area toko suvenir. kan rombongan nih datangnya, hehe..malu juga foto2 sendiri...
Deletebikin ngiler mbak
ReplyDeleteyuk mampir
Deleteudh lama bgt ga maen ke purwakarta.
ReplyDeletedulu waktu kecil sering mampir ke sate maranggi di sebelah penjara purwakarta. itu menurut sy sate maranggi yg paling enak. sayang tempatnya sempit. entah sekarang msh ada atau engga