Pengalaman Mudik Ke Kota Kuda (2): Walimatul Khitan Untuk Zaidan

Masih edisi mudiiiiik ke kota kuda. Bagian satu bisa dibaca di sini ya.

Seperti pemudik lain, kami (saya dan keluarga kecil) menghabiskan waktu mudik dengan ngobrol dan silaturahmi dengan keluarga dan sadara yang jarang bertemu. Kegiatan yang biasa seperti shalat dan makan, jadi istimewa karena dilakukan dengan orang yang istimewa.

Tradisi Ziarah Kubur Setelah Shalat Ied

Di desaku, sudah menjadi kebiasaan untuk melakukan ziarah ke kuburan setelah melakukan shalat Ied. Orang akan tumpah ruah di jalanan menuju kuburan, termasuk keluarga kami. Setiap bertemu orang lain, kami pasti bersalaman dan bermaaf-maafan. Ibarat pepatah: Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Sambil ziarah kubur, bisa bertemu tetangga satu desa untuk berlebaran.

Walimatul Khitan Untuk Zaidan

Sebagai rasa sayang pada cucu, bapak dan ibu saya menyelenggarakan walimatul khitan sederhana untuk Zaidan. Kebetulan, sepupu juga dikhitan di kampung halaman. Jadi, walimatul khitannya dilakukan berbarengan. Kalau Zaidan sendiri sudah dikhitan 28 Juni lalu. Cerita khitan Zaidan bisa dibaca di sini dan sini.

Tidak banyak undangan yang disebar, hanya sekitar 200 undangan untuk para tetangga. Saudara-saudara berkumpul di rumah membuat bingkisan sederhana untuk undangan.


(Tetangga dan saudara yang hadir di walimatul khitan Zaidan dan sepupu)

Zaidan dan sepupu duduk di barisan undangan agar bisa turut menyaksikan acara istimewa mereka. Saya dan adik Raissa beserta semua saudara perempuan duduk di bagian belakang rumah. Saya tidak terlalu menyimak acara karena tak terlalu kedengaran. Tiba-tiba saja acara yang dimulai dengan sambutan itu sudah mulai menuju pembacaan shalawat.

Semua orang berdiri sambil mengucapkan shalawat. Walau saya tidak mahir bahasa Arab, saya bisa mengira-ngira artinya. Shalawat tentu saja berisi puji-pujian pada Rasulullah Muhammad SAW, nemohon syafaat pada beliau di hari akhir kelak, dan sebagainya. Sewaktu kecil, saya juga sempat belajar shalawat ini di mushala dimana bapak saya suka memimpin shalat. Namanya shalawat apa ya, lupa. Ibu-ibu majelis taklim di desa biasanya mempelajari shalawat ini dengan lagu-lagu indah. Waduh, kalah saya sama ibu.


(Zaidan Fathin Izzati dan sepupu, Afrizal Ghaniyya Ahmad)

Pembaca, shalawat itu diucapkan oleh orang-orang desa, bukan qori/qoriah bersuara indah, dan sebagian besar bapak-bapak. Tapi..Subhanallah..karena sangat kompak dan (InsyaAllah) sungguh-sungguh, membuat saya tak kuasa membendung air mata. Tiba-tiba saja, beragam gambar kehidupan saya muncul. Apakah orang yang punya banyak masalah seperti saya pantas mendapat syafaat dari Baginda Rasulullah Muhammad SAW? Alangkah bahagianya jika nanti hidup bertetangga di Jannah bersama Rasulullah? Tapi siapalah saya, menghadapi ujian-Nya saja seringkali cepat patah semangat. Saya hanya berharap kasih sayang-Nya dan syafaat Rasulullah di hari penghisaban kelak.

Begitu acara selesai, tangis ini tak juga selesai. Kayak sinetron, saya lari ke kamar supaya bisa lebih leluasa menangis. Semua gundah yang ada di hati tumpah dalam bentuk air mata, dari lepas Ashar sampai maghrib. Ingin berhenti, malu. Semua keluarga sedang berkumpul di luar kamar, bercanda sambil menghitung angpao yang didapat dari para undangan.


(keluarga dan saudara berkumpul dan bercanda sambil membantu menghitung angpao dari para tetangga)

Ibu datang ke kamar bertanya kenapa. Bapak datang ke kamar, bilang semua acara ini karena rasa sayangnya pada cucu. Makin mewek saya. Adik ipar datang ke kamar dan bilang, "Gak apa-apa teh..nangis, keluarkan saja biar hormonnya seimbang.." Barulah saya bisa berhenti dan sedikit tenang sambil meminum segelas air yang dia berikan.

Besok harinya saya dan keluarga kecil pulang ke Tangerang. Masih sepi arus balik, beberapa kursi di kereta juga masih kosong. Makasih, bapak..mamih...untuk acara sederhana namun berkesan ini. Salam sayang dan rindu dari kami. Mudah-mudahan kita bisa berjumpa lagi dengan Ramadhan tahun depan. Aamiin.

Comments

  1. mbk,mohon mf lahir batin....baarokalloh zaidan :)

    ReplyDelete
  2. Saya mengucapkan minal aidin walfaidin mohon maaf lahir dan batin, salam

    ReplyDelete
  3. berkunjung, minal aidin walfaidin mohon maaf lahir batin, jangan lupa kunbalnya ya ^_^

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.

Popular posts from this blog

Rekomendasi Homeschooling Terbaik Untuk Solusi Belajar Anak

Bermain Kartu UNO

Usia Nanggung Bikin Bingung (Memutuskan Kapan Anak Akan Sekolah)

Biaya Masuk SMP Islam di Tangerang Selatan

Berendam Air Panas di Grage Hotel & Spa Kuningan