Memilih Gendongan Untuk Si Buah Hati
Timang-timang, anakku
sayang
Jangan menangis, bapak
di sini
Timang-timang, anakku
sayang
Jangan menangis, bunda
bernyanyi
Lagu ini begitu popular saat pasangan artis yang mendendangkannya
masih bersama. Mengingat lagu ini pasti dalam bayangan saya ada orangtua yang
sedang menggendong anaknya. Duuuh, meni kangen,
kangen punya bayi lagi hehe. Kalau lihat bayi-bayi menggemaskan pun suka
terbersit untuk punya momongan lagi. Kode-kode unik pun sudah bermunculan.
Misalnya kode yang ini.
“Ini dikasihkan saja ya ke Mba Ita yang dulu kerja di rumah
kita..?” Tanya saya sama suami ketika menanyakan beberapa barang tak terpakai
di rumah seperti stroller, gendongan bayi, sepatu bayi, dan beberapa barang
lainnya.
“Nanti, siapa tahu punya bayi lagi.” Begitu jawab suami.
Atau, kode yang ini.
“Mi, aku mau punya adik bayi laki-laki ya.” Kata Za.
“Aisa mau adik bayinya perempuan ya mi.” Kata Ra.
Aduuuh, bayi, bayi. Memangnya bisa dibikin dari tepung
terigu ya? Tapi memang lucu dan menggemaskan ya punya bayi itu, mungkin rasanya
seperti punya ‘mainan’ baru yang bisa digendong-gendong, dikitikin, dan
dirayu-rayu. Aah, jangankan bayi, itu sih yang udah pada gede juga pada mau ya
hehe.
Kain-kain pemberian orangtua masih tersimpan di lemari |
Saya tidak tahu kapan akan siap secara FISIK dan MENTAL memiliki bayi lagi. Makanya, beberapa barang kebutuhan bayi tetap disimpan karena saya tidak tahu apa yang akan terjadi di hari depan. Terutama barang-barang yang lumayan mahal jika harus beli lagi seperti stroller dab barang-barang yang ada nilai sejarahnya seperti kain-kain pemberian amih (sebutan saya untuk ibu) saya. Barang-barang lainnya seperti baju-baju bayi, sepatu bayi, gendongan bayi, dan lainnya, saya berikan pada orang lain.
Bicara perlengkapan bayi, gendongan merupakan salah satu barang yang harus ada dalam list
kebutuhan bayi. Ada 3 macam gendongan yang saya punya saat Za dan Ra masih
bayi:
1. Gendongan kain.
Orangtua saya mengenalkan saya gendongan bayi dari kain. Amih menyebutnya kain rereng karena coraknya loreng. Selain buat gendongan, kain-kain pemberian amih banyak fungsinya yaitu untuk alas tidur bayi, bedong, kain ibu habis melahirkan, selimut, dan sebagainya. Saya biasanya menggunakan gendongan kain saat di rumah. Kelemahan gendongan kain, kalau tidak pintar mengikatnya kain cepat merosot dan membahayakan bayi.
2. Gendongan menyamping
Gendongan ini dilengkapi gesper dan busa untuk keamanan dan
kenyamanan bayi. Praktis sih, Cuma jadinya bahu suka pegel sebelah.
3. Gendongan modern
Mmm, apa ya istilah tepatnya, pokoknya gendongan ini bisa
menggendong bayi dengan dihadapkan ke depan atau ke belakang. Lebih enak buat
orangtua atau yang menggendong karena lebih nyaman untuk bahu. Namun gendongan
modern punya saya saat itu agak ribet makainya, atau entah saya yang tidak tahu
cara pakainya saja. Biasanya, gendongan seperti ini juga lebih mahal. Apalagi yang dilengkapi dengan berbagai alat seperti topi, tempat duduk, kantong, dan sebagainya.
Tidak ribet dan nyaman untuk bayi dan orangtua. Itu adalah 2
syarat saya untuk gendongan bayi agar bisa mendampingi si kecil dalam kondisi
yang tetap prima. Bagaimana dengan sahabat? Gendongan bayi seperti apa yang
lebih suka dipakai? Share yuk disini…
Aku dari punya anak satu sampe anakku dua gak bisa gendong pake jarit. Sampai sama mertua gendongan jaritku dimodifikasi dikasih gesper biar kayak gendongan instan :D
ReplyDeleteKreatif ya mba ibu mertua
DeleteSaya nyamannya gendong pakai gendongan kain, Mbak. Lebih gampang ga harus disetting ini dan itu, hehe.
ReplyDeleteIya juga ya dan multifungsi
Deletecocok bgt infonya ni buat daku skrg
ReplyDeleteSaya tetap nyaman pakai gendongan kain, Mbak. Naik motor yg jarak dekat, juga biasa sambil gendong pake gendongan kain. Pernah pakai yg gesper dan yg modern, tp tetap nyaman yg kain. Hehe...
ReplyDeleteAku paling gak bs gendong pakai jarit. Selaluuuu saja mlorot, apa bahannya ya?
ReplyDeletesaya juga sering ko apalagi ketika anak tambah gede, kayanya kurang pinter ngiketnya aja..mungkin
Deleteaku biasanya gendong anak-anak pakek sarung aja mbak, kalok yang lailn takut sakit badan
ReplyDeletehaa, pake sarung gimana caranya mba?
DeleteAku mah jarit no satu mbak. Punya juga gendongan pake gesper dan gendongan di depan itu, tapi hampir tak pernah tersentuh. Alhamdulillah ngga pernah melorot, sudah kebiasa soalnya. Jarit bahannya kan kain semua jadi gampang aja ngepas2in tanpa takut nge gesek gesper, atau pengait2 itu. Trs banyaaakkk bgt fungsi sampingannya hehe
ReplyDeletesetuju kain gendongan bisa multifungsi :)
DeleteSaya suka gendongan samping yang praktis, tapi bener gespernya bikin sakit. Pakai kain (jarik) nggak bisa. Kain yang elastis itu malah bisa,hehe.
ReplyDeleteTapi dari semua itu, enak gendongan depan. Kedua bahu terpakai jadi nggak mudah capek.
Saya sampai sekarang masi takut gendong anak kecil... entah kenapa kayak ada perasaan takut anaknya kenapa-napa.... entah keteku atau apa... Kalau liat kakakku gendong anaknya, kok merasa wanita itu kuat sekali yah berjam-jam X)
ReplyDeleteSalam ukhuwah dari tetangga cilowa kaler
ReplyDeletesemoga suatu hari di lebaran satu bulan yang akan datang,aku dapat bertemu denganmu teteh.
namaku terkenal dengan si empat tukang gorengan keliling. namun, itu pekerjaanku saat SD. aku anaknya bapak oman Komar.
semoga teteh bisa mengenalnya suatu hari nanti.
Salam ukhuwah, dari perantauan Solo.
aku ga bisaan gendong pake kain jarit. merosot melulu. malah lebih mahir suamiku yg gendong bayi pake kain jarit krna biasa momong ponakan dulu, hehe
ReplyDeleteSaya nyaris gak pernah pakai gendongan apapun. Gak nyaman dan anak-anak saya pun selalu rewel kalau saya gendong pakai gendongan. Paling yang sering pakai gendongan itu suami saya hehehe
ReplyDelete