Kenali Alergi Sejak Dini, Supaya Si Kecil Tetap Berprestasi
Sewaktu kecil, saya ini sering sekali sakit. Untungya sih,
belum pernah sakit sampai harus dirawat di rumah sakit. Setiap kali demam,
bapak membawa saya ke dokter langganan, namanya Pak Jojo. Ada juga yang
menyebutnya Pak mantri. Kata bapak, asal sudah dibawa ke Pak Jojo, insyaallah
tak lama kemudian saya bisa sembuh.
Saya juga punya masalah kulit yang cukup mengganggu, dari
kecil bahkan kadang-kadang sampai sekarang pun masih. Entah apa menyebut jenis
penyakit ini, yang jelas di telapak tangan saya muncul gelembung-gelembung
berisi nanah. Amih (panggilan saya buat ibu) menusuk gelembung itu dengan jarum
agar nanah dan darah keluar, lalu mengolesi tangan saya dengan salep. Untuk
beberapa saat saya tak bisa main dan hanya jongkok dengan tangan menengadah,
sambil menonton anak-anak yang mau pergi ke sekolah (saat itu saya belum
sekolah).
Saat usia SD sampai SMP, kulit muka saya diantara mata dan
telinga sering lecet dan gatal. Kata bapak, saya alergi logam. Saya memang
sudah memakai kacamata sejak kelas 4 SD. Bapak seringkali membelikan saya
kacamata berbahan logam tertentu, mungkin kacamata berbahan plastik saat itu
masih jarang di toko kacamata di kota kecil tempat saya tinggal. Saya suka
melapisi bagian logam dengan selotip atau tissue supaya tidak menyentuh kulit
langsung. Kalau sudah lecet dan gatal, saya lepas kacamatan sebentar untuk
diolesi salep. Hal itu terus terjadi dan berkurang saat masa SMP.
Beberapa waktu lalu, Ra juga gatal-gatal kemerahan di dahi, punggung, perut, dan leher seperti tampak di gambar |
Saat beranjak remaja, masalah alergi saya belum selesai.
Saya ingat sekali, waktu SMP mungkin pertamakalinya saya makan udang goreng
tepung. Amih membelinya dari tukang jualan udang di pasar. Waduuuh, rasanya
nikmaaat banget. Saat saya dan amih jalan-jalan di pasar, saya pun langsung
minta amih membelikan udang goreng tepung lagi begitu saya lihat ada penjual
udang goreng tepung. Udang yang sudah digoreng warnanya kuning kecoklatan dan
sudah dibungkus dengan plastik-plastik kecil. Saking nikmatnya, saya sampai
makan banyak.
Tahu apa yang terjadi keesokan harinya? Wajah saya bengkak dan
kemerahan! Kali ini orangtua saya bilang saya alergi makanan laut. Saat
berangkat ke sekolah, semua orang di angkutan umum memandang wajah saya yang
bengkak. Saat itu, tingkat kepercayaan diri saya menurun sangat drastis.
Sebagai seorang remaja, tentu saya inginnya tampil menarik dong di depan
teman-temannya.
Ini adalah pengalaman yang tak terlupakan dan sejak saat itu
saya tak pernah lagi tergila-gila pada makanan laut. Biasa saja, lebih baik.
Bukan hanya pada makanan laut saja kulit saya bereaksi, pada kosmetik tertentu
juga. Setiap kali saya mencoba menorehkan pensil alis di bawah mata, langsung
deh terasa gatal-gatal dan biasanya keesokan harinya baru hilang gatalnya.
Sekarang saya biasanya menghindari semua hal yang membuat kulit saya gatal agar
aktivitas saya tidak terganggu.
Tahun-tahun belakangan ini saat suami saya sering sakit,
saya juga malah baru tahu kalau beliau alergi terhadap obat-obatan tertentu dan
udara. Setiap kali periksa ke dokter, beliau akan bilang kalau beliau alergi
obat tertentu sehingga dokter bisa menyediakan obat lain. Pun, setiap pagi saat
udara masih terasa dingin, suara bersin-bersinnya akan memenuhi seisi rumah.
Morinaga Allergy
Week 2016
Alergi adalah reaksi salah dari sistem kekebalan
tubuh terhadap suatu zat yang dianggap berbahaya padahal zat tersebut tidak
berbahaya, seperti serbuk
sari, bulu binatang dan lain sebagainya, yang dalam hal ini disebut sebagai
Alergen. Alergi berdampak terhadap kesehatan fisik seperti gangguan
kulit (bentol, gatal/ruam kulit, eksim), gangguan pernafasan (bersin-bersin,
mengi/nafas berbunyi, tenggorokan gatal), dan gangguan pencernaan (mual, muntah,
diare, BAB berdarah).
Hidup dengan resiko alergi, saya harus pintar menghindari
faktor pencetus alergi dan terus mencaritahu tentang alergi untuk mengantisipasi
masalah yang sama terhadap anak-anak saya, Za dan Ra. Karena selain berdampak
bagi kesehatan, alergi pada anak
juga berdampak besar terhadap konsentrasi belajar anak dan beban ekonomi
(biaya dokter dan obat-obatan penunjang). Selain faktor lingkungan (makanan, debu/serbuk tanaman/
bulu hewan/jamur, lateks, sengatan serangga atau obat-obatan), alergi juga terjadi karena
faktor genetik. Saya dan suami yang memiliki riwayat alergi berpeluang menurunkan
resiko alergi pada anak-anak kami.
Sampai saat ini, walaupun penyakit akibat alergi bisa
ditangani namun alergi belum bisa disembuhkan. Sementara berdasarkan International
Study of Asthma and Allergies in Childhood, prevalensi alergi anak di negara
Asia Pasifik seperti Indonesia, terus meningkat. Adanya program tahunan
dari World Allergy
Organization (WAO) yaitu World Allergy Week, sangat bermanfaat buat saya
sebagai orangtua agar bisa mendeteksi alergi pada anak sejak dini. Program ini
berusaha meningkatkan pemahaman mengenai alergi dan penyakit lainnya yang
terkait, serta menggagas berbagai pelatihan dan sumber daya untuk melakukan
diagnosa dan tindakan pencegahan.
Berkaitan
dengan World Allergy Week, Morinaga menggagas Kampanye Semua Dari Ingin Tau (Tau –
Cegah dan Atasi – Sebar) pada April 2015 lalu, sebagai upaya untuk
meningkatkan pemahaman akan alergi sejak dini, agar alergi tidak menghambat
potensi si Kecil. Melalui www.cekalergi.com,
saya bisa mengakses berbagai informasi tentang alergi dan bahkan mengikuti
beberapa program dari Morinaga secara gratis.
dampak alergi |
Di
website www.cekalergi.com, saya melakukan cek
alegi untuk mengetahui seberapa besar resiko alergi pada si kecil.
Hasilnya, Za dan Ra berpotensi terkena alergi sebanyak 40-60%! Dan memang sudah
terbukti. Saat masih bayi (sekitar 2-3 tahun), setiap kali pilek nafas Za
berbunyi. Kata dokter, Za mengalami gejala asma. Za juga pernah mengalami
alergi susu sapi saat usianya kurang lebih 2 tahun-an. Saat itu, Za mengalami
diare setelah lepas ASI dan mencoba beberapa merek susu. Kata dokter, Za
mengalami alergi susu sapi dan dianjurkan mengkonsumsi susu soya. Alergi protein susu sapi memang merupakan salah
satu alergi makanan yang paling sering terjadi pada bayi. Hal ini disebabkan
karena protein susu sapi adalah salah satu jenis protein yang pertama kali
diberikan pada bayi.
Syukur Alhamdulillah, seiring usianya bertambah dan daya
tahan tubuhnya semakin kuat, Za yang 3 Mei kemarin genap 9 tahun sudah tak
pernah lagi asma maupun alergi susu sapi.
PR saya adalah memastikan Za tetap sehat dan terhindar dari alergi yang akan
menghambat potensinya.
hasil cek alergi di www.cekalergi.com |
Sekarang giliran Ra, anak saya yang berusia 4 tahun 8 bulan.
Beberapa waktu lalu, dia mengalami gatal-gatal di punggung, perut, leher dan
dahi. Yang mana gatal-gatal itu merupakan salah satu ciri adanya alergi. Saya
sudah mencoba lotion anti gatal dan minyak herbal untuk menghentikan
gatal-gatal di tubuh Ra. Tapi gatal-gatal itu lamaaaaa sekali hilangnya. Saya
udah gregetan ingin Ra segera sembuh namun belum sempat pergi berkonsultasi ke
dokter. Oleh karena itu, saya
tidak menyia-nyiakan untuk mengikuti beberapa program yang sedang diadakan
Morinaga, diantaranya adalah coaching
clinic dan live chat dengan
dokter.
- Coaching Clinic di Kalcare Bintaro Exchange Mall
Coaching clinic adalah konsultasi gratis
persembahan Morinaga untuk orangtua yang ingin mengetahui lebih dalam tentang
alergi. Pertama-tama, saya mengunjungi website www.cekalergi.com dan mendaftar
coaching clinic di form pendaftaran yang sudah disediakan. Saya memilih waktu
coaching clini pada tanggal 9 April 2016 di Kalcare Bintaro Xchange Mall karena
lokasinya paling dekat dari rumah saya.
Setelah
mendaftar, saya ditelepon oleh pihak Kalcare beberapa saat sebelum waktu
coaching clinic untuk memastikan kehadiran saya. Jam 14.00 lewat, saya hadir di
Kalcare dan disambut oleh nutrisionis. Beberapa orang terlihat sedang
berkonsultasi dengan nutrisionis Kalcare di meja yang lain. Sementara itu, Za
dan Ra langsung asyik bermain di area bermain yang tersedia di Kalcare Bintaro
Exchange Mall.
area main di Kalcare Bintaro Xchange Mall |
Ada 3
dokter yang melayani coaching clinic hari itu. Saya mendapat kesempatan
berkonsultasi dengan dr. Ekawati, Sp(A). Beliau sebenarnya bertugas di RSUD
Manokwari, Papua, dan kini sedang menyelesaikan pendidikan sub spesialis
alergi. Orangnya baik dan ramah. Suaranya pelan nan keibuan. Saya pun
menceritakan keresahan saya tentang gatal-gatal di tubuh Ra. dr. Ekawati belum
bisa memastikan apakah gatal-gatal itu alergi atau bukan karena harus
mengetahui pencetus gatal-gatal tersebut atau melakukan tes alergi. Kemungkinan
juga, Ra hanya mengalami biang keringat. Selama ini, usaha yang sudah saya
lakukan untuk menghindari gatal di tubuh Ra adalah membersihkan debu kamar
secara rutin, mengganti seprai lebih sering, mengurangi deterjen, dan mengganti
baju Ra lebih sering.
dr.
Ekawati memeriksa tubuh Ra. Menurut beliau, kulit Ra kering dan beliau menganjurkan Ra mandi dengan sabun
yang mengandung bahan tertentu yang bisa mengurangi kekeringan di kulit Ra. Beliau
menyebutkan salah satu merek sabun mandi untuk anak dan lotion untuk mengurangi
gatal di tubuh Ra.
Ra lagi diperiksa dr. Ekawati, Sp(A) |
Menurut
dr. Ekawati, makanan biasanya akan berkurang seiring bertambahnya usia anak. Saya
jadi ingat pengalaman saya makan udang dan menceritakan hal tersebut pada dr.
Ekawati. Kata beliau, kemungkinan udang tersebut tidak diolah dengan baik atau
sudah tidak segar lagi sehingga membuat alergi muncul. Ada benarnya sih, pikir
saya. Soalnya saya membelinya dari tukang jualan di pinggir jalan. Walau sudah
dikemas dengan plastik tertutup, tapi saya tidak tahu proses pengolahannya,
apakah udangnya segar atau tidak.
Oh ya, free coaching clinic di Kalcare tentang alergi hanya saat Allergy week saja. Namun untuk berkonsultasi gratis dengan nutrisionis bisa kapan saja. Di Kalcare Bintaro Xchange juga ada banyak kegiatan menarik lainnya yang bisa diikuti, seperti yoga, zumba, donor darah, kids creativity, dan sebagainya. Informasi lebih lanjut bisa menghubungi Kalcare Bintaro Xchange.
Nutrisionis sedang melayani konsultasi di Kalcare Bintaro Xchange |
- Livechat dengan dr.Kartika Mayasari di www.cekalergi.com
Pada
tanggal 13 April 2016, saya berkesempatan melakukan live chat dengan dokter di www.cekalergi.com. Caranya, tinggal klik
form livechat di www.cekalergi.com dan
kita langsung akan terhubung dengan dokter. Kali ini dr, Kartika Mayasari yang
menjawab pertanyaan-peranyaan saya seputar alergi, yang belum sempat saya
tanyakan di coaching clinic sebelumnya. Saya bertanya tentang tes alergi. Kata
beliau, kita bisa kapan saja melakukan tes alergi. Namun setahu saya, jika
pencetus alerginya sudah diketahui, kita tidak perlu lagi melakukan tes alergi.
Pastikan Alergi Tidak Menghambat Potensi Si Kecil
Pengalaman
dengan resiko alergi membuat saya sempat membuat saya tidak percaya diri dan
aktivitas bermain dan belajar terganggu. Saya berharap itu tak terjadi pada
anak-anak saya, Za dan Ra. Oleh karena itu, mereka perlu mendapat nutrisi yang
terbaik dan dilakukan berbagai upaya pencegahan agar alergi tidak menyerang
mereka.
Alergi
itu banyak jenisnyanya, ada alergi makanan, eksim/dermatitis atopik, asma, dan rhinitis
alergi. Orangtua perlu tahu bahwa dermatitis atopic dan alergi makanan (susu,
soya, telur) bisa muncul sejak awal kehidupan anak dan biasanya menghilang saat
usia pra sekolah. Asma dan rhinitis alergi umumnya muncul saat usia 3-4 tahun dan
berlanjut sampai usia sekolah. Bahkan asma, Rinitis alergi dan alergi
makanan lainnya (kacang, makanan laut) cenderung akan menetap sampai dewasa.
Berdasarkan
penjelasan dr. Ekawati dan sumber yang saya baca, jika anak memiliki resiko tinggi
alergi maka pencegahan yang bisa orangtua lakukan adalah sebagai berikut:
- ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
- Untuk ibunya, hindari paparan asap rokok selama hamil dan setelah bayi lahir
- Selama hamil dan menyusui, ibu tidak menghindari makanan yang sering menimbulkan alergi seperti telur, kacang-kacangan, ikan, dan makanan laut serta susu sapi.
- Pengenalan makanan padat untuk anak dimulai pada usia 6 bulan.
- Tidak ada penundaan pemberian telur, kacang, ikan dan makanan laut serta jenis makanan lainnya pada waktu Si Kecil mulai mendapat pengenalan makanan padat.
- Pemberian susu Protein Hidrolisat Parsial (P-HP) dan Protein Terhidrolisat Penuh untik bayi-bayi yang tidak bisa mendapatkan ASI.
Untuk anak yang mendapatkan ASI namun menunjukkan alergi,
ibunya dianjurkan untuk tidak mengonsumsi susu sapi, telur, ikan, kacang umbi,
kacang pohon (almon, kenari). Dan untuk anak yang mendapatkan susu formula dan
ternyata alergi terhadap protein susu sapi, salah satu strategi yang tepat bagi
orangtua untuk mengatasi alergi susu sapi pada anak adalah menghindari protein
susu sapi yang utuh. Sebagai
penggantinya, orangtua bisa memberikan
susu formula hidrolisat penuh, formula asam amino, atau formula isolat protein
kedelai (soya).
Sekarang
hadir Moricare+ Prodiges dari Kalbe Nutritionals berupa Susu pertumbuhan Morinaga Protein Hidrolisat
Parsial (P-HP) dan Morinaga Soya. Susu pertumbuhan Morinaga Protein Hidrolisat
Parsial (P-HP) berbahan dasar protein susu sapi dengan rantai protein yang
lebih pendek dan mudah dicerna, sehingga dapat membantu mengurangi resiko
alergi. Sedangkan susu pertumbuhan Morinaga Soya diperkaya kandungan L-Metionin
dan Karnitin yang dapat mengatasi gejala alergi susu sapi dan mendukung tumbuh
kembang optimal.
Inovasi
unggulan dari Morinaga ini berupa sinergi nutrisi yang mendukung 3 hal ini
untuk anak:
- Kecerdasan multitalenta, karena didukung nutrisi Kolin, asam lemak esensial AAL dan AL (Alfa-Linoleat dan Linoleat), dan sat besi.
- Pertahanan tubuh ganda, karena terdiri dari kombinasi probiotik 536 dan 16V (bakteri baik) dan prebiotic laktulosa (makanan bakteri baik) yang bersinergi untuk kesehatan saluran cerna dan meningkatkan daya tahan tubuh.
- Faktor tumbuh kembang optimal, karena merupakan kombinasi Vitamin D dan Kalsium yang membantu menjaga kepadatan tulang dan gigi.
Oh ya, jika anak kurang suka dengan rasa Morinaga P-HP atau
soya, kita bisa berkreasi membuat makanan yang disukai anak menggunakan susu
tersebut. Misalnya puding, donat, pancake, dan sebagainya.
puding susu soya, resep di www.cekalergi.com |
Tidak
hanya nutrisi saja yang diperlukan anak dengan resiko alergi untuk meningkatkan
potensinya. Orangtua juga jangan lupa untuk terus melakukan stimulasi agar
potensi anak terasah, berupa pola asuh yang tepat, gaya belajar yang sesuai dan
kecerdasan emosi yang tepat. Dengan begitu, kita berharap anak-anak kita
menjadi anak Indonesia yang tumbuh dan berkembang menjadi generasi platinum yang mutitalenta (Baca tulisan saya berjudul “Ingin Anak Cerdas dan Sehat, Ini Rahasianya!”).
Saya
bersyukur meski Za dan Ra berpotensi alergi sebesar 40-60%, mereka tetap
semangat dalam belajar dan bermain. Za sempat terkena alergi berupa asma dan
alergi susu, namun dia berhasil melewatinya dan alergi tidak menghalanginya
untuk berprestasi. Saat di bangku TK, Za pernah menjuarai lomba-lomba, yaitu
Juara 2 Lomba English Fun Game dan Juara Harapan 2 lomba mewarnai. Begitu juga
dengan Ra, ia mengikuti kegiatan di sekolah dengan ceria walau kadang
gatal-gatal menyerangnya. Dari mulai fun cooking, lomba mewarnai, lomba fashion
show, dan seterusnya.
Walau Za dan Ra berpotensi tinggi mengalami alergi, mereka tetap semangat belajar dan bermain. |
Jika ayah dan bunda ingin tahu lebih banyak tentang alergi
dan informasi terkait, silahkan kunjungi website www.cekalergi.com. Ada banyak informasi
menarik di sana, misalnya resep untuk anak dengan resiko alergi, hospital parenting seminar, berbagai
lomba, dan sebagainya. Selain melalui website, berbagai informasi kesehatan
bisa diakses juga melalui sosial media Morinaga berikut ini.
Facebook: Morinaga Platinum
Twitter: @Morinagaid
Instagram: @MorinagaPlatinum
Hasil cek alergi di web itu akurat nggak mba?. Kalau mau tes alergi biayanya mihil soalnya.
ReplyDeleteIya tes alergi mahal ya. Cek alergi di cekalergu.com hanya menghitung presentasi resiko alergi aja. Saya yakin udah diperhitungkan sama tim Morinaga keakuratannya
DeleteSaya juga alergi mbak.Alergi makanan.Tapi alhamdulilah dua krucils nggak alergi seperti saya
ReplyDeleteAlhamdulillah
DeleteAnak saya juga alergi kayaknya mbak.. Bintik bintik merah di kulit nya.. Wah harus segera di cek.!
ReplyDeletePenyebabnya apa?
Deletelengkap bgt infonya Mba, puas ilmunya
ReplyDeleteMakasiih
DeleteKadang alergi masih dianggap sebagai hal yang sepele oleh para orang tua
ReplyDeleteIya, pdhl cukup mengganggu
DeleteLengkap banget Mbak artikelnya, berguna banget buat referensi anakku yang juga alergi asma.
ReplyDeleteSemoga anaknya ttp semangat ya mba
Deletepas masih kecil saya juga punya alergi udang, sehabis makan pasti sekitar bibir langsung gatal-gatal.
ReplyDeletesyukur setelah dewasa sudah tidak alergi lagi. :)
Saya juga ga pernah gatal2 lg krn emang menghindari terlalu bnyk seafood ;)
DeleteARTIKEL YANG BAGUS (y)
ReplyDelete.
.
Ditunggu kunjungan baliknya ya di http://www.dzikirsm.web.id/2016/03/memilih-menyendiri.html :)
Makasih
Deleteefek alergi bisa serius ya jika diabaikan
ReplyDeletelengkap banget tulisannya mak kania. Anakku yang gede alergi debu, kalau banyak debu pasti bersin2 terus
ReplyDelete