Berbagai Manfaat Mewarnai

berbagai manfaat mewarnai

Mewarnai biasanya dilakukan oleh anak-anak sebagai bagian dari pembelajaran di sekolah. Bagi anak, mewarnai merupakan bagian dari cara mengekspresikan diri. Emosi seorang anak bisa dibaca dari warna yang kerapkali digunakannya. Mewarnai juga merupakan proses belajar bagi anak untuk mengenal berbagai warna.

Dalam mewarnai, anak dilatih untuk melakukan koordinasi yang bagus antara mata dan tangan, mulai dari bagaimana cara yang tepat menggenggam krayon, hingga memilih warna dan menajamkan krayon. Mewarnai juga melatih kinerja otot anak dan meningkatkan kemampuan motoriknya. Anak dilatih untuk berkosnentrasi dan mengenal garis batas suatu bidang, juga belajar membuat target yaitu mewarnai seluruh bidang gambar yang tersedia.

Tren yang muncul saat ini, mewarnai tidak hanya milik anak-anak. Orang dewasa pun bisa melakukannya. Banyak bermunculan buku mewarnai untuk orang dewasa. Salah satunya buku mewarnai yang ditulis oleh penulis Ahmad Fuadi (penulis buku best seller “Negeri 5 Menara”) dan istrinya. Gambar-gambar dalam buku mewarnai tersebut terinspirasi foto-foto perjalanan yang mereka lakukan. 

manfaat mewarnai
sumber

Buku-buku mewarnai khusus untuk orang dewasa laris manis. Di situs belanja Amazon misalnya, berada di deretan produk paling banyak dibeli. Buku mewarnai untuk orang dewasa gambar-gambarnya lebih rumit dan diperlukan ketelitian tinggi saat mewarnai agar hasilnya jadi menakjubkan.

Kegiatan mewarnai untuk orang dewasa diklaim bisa menjadi terapi yang membantu mengurangi stres. Bahkan untuk orang yang kurang suka melukis atau merasa jiwa seninya kurang, efek menenangkan tetap bisa didapatkan. Istrinya penulis Ahmad Fuadi merupakan salah satu orang yang mlakukan kegiatan mewarnai. Sehari-hari dia bekerja dari pagi sampai sore sehingga datang ke rumah dalam kondisi cape dan tertekan. Apa yang ia lakukan? Mewarnai salah satunya, untuk meredakan tingkat stress. Selain beliau, ibu dari Host Hitam Putih, Dedy Corbuzier, pun melakukannya. Usianya yang sudah kurang lebih 80 tahun tidak menghalanginya untuk melatih ototnya dengan mewarnai.

Bicara tentang mewarnai, hari Sabtu tanggal 12 Maret 2016 kemarin Ra baru saja mengikuti lomba mewarnai mewakili sekolahnya dalam rangka Porseni TK se-Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan. Hanya Ra sendiri dari sekolahnya yang mengikuti lomba mewarnai. Teman-teman lainnya mengikuti lomba Drumband.

lomba mewarnai


Tiba di Sekolah Amalina, Pondok Aren, tempat acara berlangsung, ratusan orang peserta lomba (plus orangtuanya tentu saja) sudah memadati sekolah itu. Peserta drumband memasuki Gedung SMP, sedangkan peserta lomba mewarnai di Gedung SD.

Peserta lomba mewarnai sudah memenuhi setengahnya area lomba. Sengaja saya memilih area belakang sehingga jika nanti Ra ditinggal tidak terlalu ‘drama’ karena saya berada tak jauh di belakangnya. Lambat laun gedung itu penuh dengan peserta lomba mewarnai (lagi-lagi plus orangtua atau pendampingnya).

Panitia berkali-kali panitia memperingatkan kepada orangtua atau pendamping agar keluar dari area lomba. Jika tidak, acara lomba mewarnai tidak akan segera dimulai. Ruangan itu riuh rendah dengan anak-anak yang menangis tak mau ditinggal orangtua, orangtua yang tak tega meninggalkan anak, para peserta yang terlambat datang dan misah misuh cari tempat, serta teriakan panitia lomba.

Saya bilang berkali-kali sama Ra, kalau saya ada di belakang, berdiri di luar area lomba. Jadi Ra tidak usah menangis. Saya sedikit demi sedikit mundur, mejauh dari pandangan Ra. Ra pun menangis. Bibirnya memble, matanya merah, airmatanya keluar deras, dan tangannya tak henti mengucek-ucek mata. Duuh, siapa yang tega meninggalkan anak menangis seperti itu.

lomba mewarnai


Akhirnya sih panitia membolehkan orangtua duduk menemani anak mereka yang benar-benar tidak bisa ditinggal, dengan catatan tidak boleh memberi arahan. Saya sendiri duduk di tepi area lomba tak jauh dari Ra. Ra masiiiih saja menangis padahal saya udah lebih dekat dibanding sebelumnya. Saat kertas mewarnai dibagikan, Ra masih menangis sampai panitia yang membagikan kertas tersebut menghibur Ra dan mengusap punggung Ra.

Ra memulai mewarnai, masih dengan air mata terurai. Namun lama-lama, seiring tangannya bekerja, seiring warna-warna itu terukir di kertas, Ra berhenti menangis dan menikmati kegiatannya mewarnai. Mungkin memang benar sekali kalau mewarnai itu bisa menghilangkan tekanan dan kesedihan. Buktinya, tangisan Ra hilang setelah asyik memainkan berbagai warna yang ada.

Ra memang tidak jadi juara dalam lomba mewarnai. Tapi Ra sudah berhasil mengalahkan ketakutannya dan berhasil mewarnai seluruh bidang gambar.

Bagaimana dengan sahabat? Mau mencoba mewarnai untuk terapi kesedihan atau mengurangi stress? Coba yuk, saya juga sekarang kalau nemeni anak-anak belajar sambil nimbrung ikut mewarnai buku gambarnya Ra hehe. Kalau sekarang sih masih suka ngomel-ngomel saat pensilnya keras atau patah, tapi kalau berhasil mewarnai dengan bagus (bagusnya versi saya tentunya) rasanya asik juga, lihat berbagai warna juga bikin hati dan mata lumayan adem. Coba deh sahabat!

Sumber referensi:


Comments

  1. Saya juga ounya buku colouring for adult, kalo lagi bosen di depan laptop saya alihkan dengan kegiatan mewarnai. :-)

    ReplyDelete
  2. Wah hebat Raa.. Mewarnainya sudah rapiii :-)

    ReplyDelete
  3. Wah hebat sekali gambarnya bangusss, kerenn

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.

Popular posts from this blog

Rekomendasi Homeschooling Terbaik Untuk Solusi Belajar Anak

Bermain Kartu UNO

Usia Nanggung Bikin Bingung (Memutuskan Kapan Anak Akan Sekolah)

Biaya Masuk SMP Islam di Tangerang Selatan

Berendam Air Panas di Grage Hotel & Spa Kuningan