Minggu Pertama Sekolah di Kelompok Bermain



 “Kok kakak sekolah? Aisa juga mau sekolah. Mi, ayo ke sekolah..” Kata Raissa setiap pagi saat melihat kakaknya bersiap hendak ke sekolah. Setiap kakaknya berangkat dengan mobil jemputan, dia pun menangis ingin ikut.

Akhirnya, saya pun memasukkan Raissa ke kelompok bermain (playgroup) terdekat. Kok bisa? Padahal belum masuk tahun ajaran baru. Ya, ternyata bisa, karena sekolahnya terletak di komplek perumahan dan sistemnya belum seketat sekolah swasta lain. Keuntungannya sekolah dengan sistem kekeluargaan seperti ini, tentu saja suasananya yang akrab seolah tanpa sekat. Bahkan, mungkin biaya sekolah pun bisa dinegosiasikan. Kerugiannya, peraturan yang kurang jelas kadang membuat bingung. Sudah seminggu ini Raissa masih saya tunggui di kelas. Kalau tidak salah, di sekolah lama Zaidan, orangtua boleh menunggui anak di kelas hanya minggu pertama di awal tahun ajaran baru. Selanjutnya, guru yang bertanggungjawab di kelas. Dengan begitu, anak akan belajar mandiri dan guru pun bisa memasukkan nilai-nilai di sekolah tanpa campur tangan orangtua. Terbayang kan, bagaimana repotnya para guru mengatasi anak-anak yang baru beradaptasi.



Ini sudah minggu kedua Raissa sekolah dan saya masih menungguinya di kelas. Dia masih malu-malu dan takut saat bertemu guru dan teman di sekolah. Tapi saat di rumah, dia mau menyanyikan lagu yang ia dengar di sekolah atau bercerita apa yang dilakukannya di sekolah. Semoga saja tak lama lagi Raissa berani berinteraksi dengan guru dan teman di sekolah tanpa harus tangannya menempel di tangan saya.


Comments

Post a Comment

Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.

Popular posts from this blog

Rekomendasi Homeschooling Terbaik Untuk Solusi Belajar Anak

Perhatikan Hal Ini Sebelum Bermain Badminton

Bermain Kartu UNO

Biaya Masuk SMP Islam di Tangerang Selatan

Usia Nanggung Bikin Bingung (Memutuskan Kapan Anak Akan Sekolah)