Katakan Tidak Pada Korupsi Sejak Dini

Sudah dua kali ada balon karakter yang mampir ke atap rumah. Pertama, berbentuk kuda zebra. Raissa dengan mata berbinar mengarahkan telunjuknya ke atas. "Mi, ada balon!" Katanya. "Ya, tapi itu balon punya orang lain. Jangan ya. Nanti yang punya balon pasti kebingungan mencari balonnya. Nanti kita beli saja ya. Raissa mau balon Warna apa?" Saya membawa Raissa masuk dan berusaha menghiburnya. Terlihat raut kecewa di wajah Raissa.

Kali kedua, Zaidan yang menemukan balon berbentuk Patrick si bintang laut di luar rumah. Dia sempat membawanya masuk dan memainkannya dengan Raissa sebelum akhirnya disimpan lagi di luar. "Kata umi nggak boleh, punya orang lain..." Begitu kata Zaidan.

Saat yang lain, Zaidan menemukan uang 10 ribu di jalanan saat rekreasi di Kebun Binatang Bandung. Uang itu kami serahkan ke petugas kebun binatang agar bisa diserahkan pada yang merasa kehilangan.

(Sepertinya rumah kami ada magnetnya hihi.. Udah 2 Kali ada balon mampir ke rumah)

Saya keterlaluan ya? Kok cuma balon dan uang sepuluh ribu tidak boleh diambil. Kan nilainya tidak banyak. Ya, mungkin saya keterlaluan. Tapi ada maksud dibalik tindakan ini. Saya ingin membiasakan anak-anak untuk tidak mengambil sesuatu yang bukan miliknya atau minta ijin dahulu pada yang berhak jika hendak meminjam atau memilikinya.

Dalam agama saya, harta temuan itu haram dimiliki. Kecuali diambil untuk disimpan agar diambil si empunya barang atau sudah jatuh tempo satu tahun. Saya berharap anak-anak akan menghargai hak milik orang lain. Saya ingin mereka hanya makan dan menggunakan harta yang halal. Dengan begitu, jika mereka menjadi pemimpin kelak, mereka tidak akan melakukan korupsi. Minimal pemimpin untuk diri sendiri dan keluarga. Aamiin.

Tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat 64 negara paling korup di dunia. Mmh..seharusnya kita malu menyandang predikat ini. Kita sedih mendengar berita-berita korupsi di televisi: Korupsi dana ibadah haji, korupsi pengadaan Al Qur'an, korupsi pengadaan daging sapi, dan sebagainya. Seolah-olah Indonesia tak memiliki hal yang baik untuk dibanggakan.

Sebenarnya, apa sih korupsi itu? Korupsi secara sederhana adalah tindakan “perampokan” terhadap uang Negara, yang bersumber dari Rakyat. Kata korupsi sendiri berasal dari bahasa latin, yakni “corruptio” yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Karena dahsyatnya kerusakan akibat korupsi, Selo Sumarjan mengartikan korupsi sebagai suatu penyakit ganas yang menggerogoti kesehatan masyarakat seperti halnya penyakit kanker yang setapak demi setapak menghabisi daya hidup manusia.

(Ilustrasi dari sini)

Korupsi dan sejenisnya sepertinya sudah menjadi kebiasaan di masyarakat kita. Lihat saja sekitar kita. Untuk urusan dokumen seperti KTP, SIM dan lain-lain, orang tak segan menyogok petugas agar urusannya didahulukan. Mereka tidak takut menyalahi hukum manusia, apalagi hukum Tuhan. Dalam Al Qur'an Allah SWT sudah sangat jelas mengharamkan sogok menyogok ini:

"Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui." [Al-Baqarah : 188]

Dalam sebuah hadist juga dikatakan:

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhu , ia berkata : “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melaknat yang memberi suap dan yang menerima suap”.[HR At-Tirmidzi, 1/250; Ibnu Majah, 2313 dan Hakim, 4/102-103; dan Ahmad 2/164,190. Syaikh Al-Albani berkata,”Shahih.” Lihat Irwa’ Ghalil 8/244]

Menurut Herdiansyah Hamzah, korupsi merupakan warisan masa lalu. Korupsi sudah ada sejak zaman kerajaan, dimana pejabat mementingkan segala cara untuk merebut kekuasaan. Pemerintahan orde lama, orde baru dan pemerintahan sekarang pun tak luput dari tindakan pejabat yang korupsi.

Saya yakin para pelaku korupsi tersebut bukanlah orang yang miskin ilmu, baik ilmu agama atau pengetahuan umum. Karena moralitas bukanlah salah satunya penyebab korupsi. Penyebab lain seperti ditulis di atas adalah budaya yang sudah mengakar.

Usaha kecil saya membiasakan anak tidak memiliki barang yang bukan kepunyaannya, semoga bisa menjadi budaya hidup yang menghindari mereka dari korupsi. Ora et labora, begitu kata pepatah. Usaha dan doa. Doa adalah senjata orang beriman. Doa tiada putus dari saya sebagai orangtua tentu sangat berperan dalam membentuk akhlak anak yang baik. Semoga.

Tulisan diikutsertakan pada Kontes Unggulan: Aku dan Indonesia

Sumber: www.herdi.web.id, almanhaj.or.id


Comments

  1. Gutlak ya maks lombanya, dan Kita cintai terus IND tanpa syarat :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih mak. Iya mak, walau rumpu tetangga lebih hijau tapi kita lahir dan besar di sini

      Delete
  2. Raissa dan Zaidan anak yang penurut ya Mak. Salut!! Sukses ngontesnya ya ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah mak..tp kadang ngga.ya namanya anak2 .makasih mak udah mampir

      Delete

Post a Comment

Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.

Popular posts from this blog

Rekomendasi Homeschooling Terbaik Untuk Solusi Belajar Anak

Bermain Kartu UNO

Usia Nanggung Bikin Bingung (Memutuskan Kapan Anak Akan Sekolah)

Biaya Masuk SMP Islam di Tangerang Selatan

Berendam Air Panas di Grage Hotel & Spa Kuningan