2S, Gaya Hijab Pilihanku

Saya memakai hijab sejak kelas 4 SD -waktu itu istilah jilbab lebih populer-. Jangan 'wow' dulu ya. Ceritanya begini. Waktu itu sedang maraknya perjuangan muslimah agar diperbolehkan memakai jilbab di tempat umum seperti sekolah, tempat kerja, dan seterusnya. Setelah ada undang-undang yang memperbolehkan hal itu, berbondong-bondong orang memakai jilbab, tak terkecuali saya. Banyak teman-teman saya memakai jilbab. Lama-lama jumlahnya menyusut dan akhirnya tinggal saya seorang. Para guru dan orangtua berkata, "Sudah tidak apa-apa, pakai saja kerudungnya jangan dibuka." Ya sudah akhirnya saya pakai terus. Tapi, namanya anak kecil, hanya memiliki kebanggaan dengan berhijab tanpa tahu apa makna dan tujuan di balik jilbabnya, saya hanya memakainya di sekolah. Ketika main di rumah, saya buka jilbabnya. Begitu juga ketika memasuki bangku Tsanawiyah (setingkat SMP), saya hanya memakai jilbab di sekolah.

Barulah saat SMA, saat mengikuti mentoring Rohani Islam, saat banyak membaca majalah dan buku Islam, saya pelan-pelan memahami bahwa berhijab adalah perintah Allah SWT. Seperti firman-Nya dalam Al-Quran Surat Al Ahzab ayat 59, "Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri.orang mukmin: 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka'. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Dari mulai awal berhijab sampai sebelum menikah, gaya hijab saya tidak banyak berubah (gambar 1): memakai atasan berupa blous atau baju kurung, bawahan rok, kadang-kadang gamis, dan kerudung segi empat plus peniti dan bros yang dipakai sampai menutup dada seperti perintah Allah dalam Al-Qur'an Surat An Nuur ayat 31: "Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangan, dan memelihara kemaluannya, dan jangan menampakkan pethiasannya, kecuali yang biasa nampak darinya, dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya".

Namun, setelah menikah dan bergelut dengan pekerjaan rumah dan anak, saya mulai 'bersedia'  memakai hijab instan (gambar 2). Sebelum nikah saya tidak mau memakai hijab instan karena tak mau terlihat seperti ibu-ibu, seperti halnya ibu saya yang di rumah banyak memakai kerudung instan. Ternyata, akhirnya saya memakainya juga karena memang lebih praktis untuk ibu-ibu yang multijob. Dan ternyata juga, kerudung instan sekarang banyak pilihan dan cantik-cantik.

Saat ini sedang populer hijab gaya yang cantik-cantik. Melihat muslimah melenggang di pengajian, mall, kantor, dengan hijab cantik yang beraneka warna dan model, saya juga terdorong untuk mencobanya. Saya mencoba cari tutorial hijab persegi panjang di Youtube. Tapi kok ya begitu banyak jarum yang dipakai ya, pikir saya, tidak praktis dan takut tertusuk. Namun akhirnya saya menemukan satu model hijab yang simple dan syar'i, hanya memerlukan dua peniti atau jarum pentul dan satu bros kalau perlu (gambar 3). Boleh dibilang, hijab gaya tanpa banyak biaya ini yang sesuai dengan saya.

Ada cerita memalukan saat saya mencoba hijab gaya ini. Waktu itu saya menghadiri acara orangtua di sekolah anak. Saya mencoba memakai hijab cantik dengan jarum pentul di mana-mana. Tak lama kemudian, anak gelendotan, tarik baju dan hijab kesana kemari dan terlepaslah beberapa jarum! Beruntung, sepertinya sih tak ada yang menyadari hijab saya berantakan.

Pikir dipikir eh ternyata saya salah memilih bahan. Hijab yang saya pakai itu bahannya licin sekali, pantas jarum juga tak bisa tahan lama. Lalu saya ingat saya punya hijab phasmina yang saya beli sebelum menikah dan tak pernah dipakai, karena tidak tahu cara memakainya. Ah ternyata bahannya adem, tidak tipis, dan tidak mudah bergeser ketika dipakai.

Apapun gaya hijab saya, harus memenuhi 2S, simple dan syar'i. Dan yang pasti, tidak membuat anak saya ikut tertusuk jarum #eh :p.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway Idul Adha dari Hijaiya



Comments

  1. Simple is the Best ya mbak.. Aku jg suka yg ga ribet. Kdg kl luar yg pake jilbab tumpuk2 suka mikirin itu Gmn kl mo shlat repot bgt pasti... Yg ptg nyaman n syar'i... Setuju :)

    ReplyDelete
  2. anakku bertanya : mengapa umi gak pernah pakai jilbab yang dari kain...maksudnya berjarum-jarum ?
    hehe kujawab : ntar berantakan dan bisa mencelakai anak...
    saluut dengan gaya 2s...semoga menang mak

    ReplyDelete
  3. siiiph... aku juga penyuka 2Snya mbak..
    semoga isyiqomah selalu.. :)

    ReplyDelete
  4. memang terlihat menarik ya mbak kalau lihat orang memakai jilbab cantik pake banyak jarum, tapi aku juga ga telaten dan kalau berantakan bingung benerinnya, hihihi,

    ReplyDelete
  5. benar sekali mbk. saya juga setuju. gak mau yang ribet yang penting sesuai dengan syar i dan simpel. itu jilbab yg tumpuk tumpuk gimana sholatnya y mbak. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.

Popular posts from this blog

Rekomendasi Homeschooling Terbaik Untuk Solusi Belajar Anak

Bermain Kartu UNO

Usia Nanggung Bikin Bingung (Memutuskan Kapan Anak Akan Sekolah)

Biaya Masuk SMP Islam di Tangerang Selatan

Berendam Air Panas di Grage Hotel & Spa Kuningan