Tips Buat Ibu Yang Sedang Menjalani Toilet Training Buat Batitanya

 

Toilet Training oh Toilet Training, kegiatan ini sempat membuat saya hampir putus asa. Pasalnya si kecil anak saya yang berusia 2 tahun kala itu, sempat tidak mau diajak ke toilet untuk buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB).

Dari berbagai artikel parenting yang saya baca, hampir semuanya menyebutkan bahwa saat anak menginjak usia 2 tahun, ia bisa diajarkan untuk BAK dan BAB di toilet atau sering kita sebut dengan toilet training. Dalam prosesnya mengajarkan anak toilet training itu tak mudah menurut saya. Namun ketika akhirnya anak berhasil, segala proses yang sulit itu seakan tidak terasa lelahnya.

Ya, akhirnya anak saya yang paling kecil bisa dan mau BAK dan BAB di toilet menjelang usia 3 tahun. Disini saya akan berbagi berbagai tips toilet training yang bisa diterapkan para ibu saat batitanya lagi menjalani toilet training.

  1. Kenalkan Dengan Toilet Training sedini Mungkin Lewat Berbagai Media

Walaupun anak mungkin belum mengerti, tak apa untuk mengenalkan toilet training lewat berbagai media seperti buku, kartun, alat peraga, atau dongeng yang kita orangtua ceritakan sendiri.

Saya sendiri mengenalkan toilet training pada si kecil saat usianya belum lagi 2 tahun. Waktu itu ada saudara yang nawarin buku Shimajiro tentang Toilet Training. Desain bukunya lucu dengan tokoh Shimajiro si harimau kecil yang sedang belajar BAK dan BAB di toilet. Bisa jadi bahan orangtua untuk mengenalkan toilet training karena ada ilustrasi dan suara yang menggambarkan kegiatan toilet training. Bukunya bisa dipesan di Mazaira Books jika stoknya masih ada.


toilet training

toilet training



Mengenalkan anak toilet training juga bisa lewat kartun. Di berbagai channel youtube ada berbagai kartun yang dapat ditonton bersama anak untuk mengenalkan toilet training. Ketik saja kata toilet training, nanti akan ada banyak video kartun yang muncul tentang toilet training.

Kalau punya boneka di rumah, biaa dijadikan alat peraga untuk bercerita tentang toilet training loh. Ceritakan apa saja yang menggambarkan seorang anak seharusnya BAK dan BAB di toilet dengan menggunakan alat bantu yang ada seperti boneka, atau mainan anak lainnya di rumah. Seru, bisa mendekatkan anak dan orangtua juga melalui kegiatan bercerita.

2. Mulai Toilet Training Tanpa Paksaan

Seringkali kita sebagai orangtua merasa sedih saat melihat anak yang lain sudah pintar BAK dan BAB di toilet, atau saat mendengar orang lain berkata, “Kok anaknya belum bisa BAK dan BAB di toilet?”. Namun berbagai artikel parenting mengatakan bahwa kesiapan anak untuk BAK dan BAB di toilet berbeda-beda. Ini yang membuat saya sedikit lega ketika anak tak segera mau dan bisa ke toilet.

Anak saya sempat sakit saat memulai toilet training, kadang diare dan seringnya sembelit. Jadi, ketika diajak ke toilet untuk BAK dan BAB sering menangis dan menolak. Mungkin ia sedikit trauma ke toilet ya karena sakit sembelitnya lama sampai berbulan-bulan. Jadi ketika anak menolak ke toilet sampai meraung-raung, ya sudah jangan dipaksa. Mungkin ia belum siap. Atau, bisa saja orangtuanya yang belum siap?

3. Berikan Berbagai Alat Bantu Toilet Training Jika Memungkinkan

Jika memungkinkan, berikan alat bantu toilet training seperti pispot khusus anak yang lagi toilet training. Ada pispot jongkok maupun pispot untuk toilet duduk. Bisa dibeli di berbagai toko online, ketik saja kata toilet training nanti muncul berbagai produk yang berhubungan. Saya beli pispot jongkok berbentuk dinosaurus dengan bahan plastik di toko online dengan harga kurang lebih 30 ribuan.

toilet training



Awalnya pispot dipakai buat mainan saja oleh si kecil. Lama-lama karena sering dibujuk untuk ke toilet, anak saya mau juga BAK di pispot jongkok. Kalau BAB di toilet duduk dengan cara saya pegang tubuhnya karena belum punya pispot untuk toilet duduk.

4. Terapkan Berbagai Metode Dalam Toilet Training

Terapkan berbagai metode dalam toilet training. Diatas sudah disebutkan metode mengenalkan toilet training lewat bacaaan, tontonan, peragaan dan cerita. Bisa juga dengan menerapkan metode seperti menghipnotis atau memberi sugesti pada anak (saya lupa apa nama metodenya, hypno parenting atau apa ya?).

Saat saya merasa putus asa, saya membatin, “Ya Allah, saya lelah..bla bla bla…” Tiba-tiba Allah SWT seperti memberi petunjuk. Saya diingatkan akan metode sugesti ini yang pernah saya terapkan juga pada anak yang lebih besar saat toilet training. Metode ini juga bisa diterapkan untuk berbagai masalah seperti saat ingin anak lebih disiplin, lebih berani, dan sebagainya.

Cara menerapkannya (koreksi jika salah ya) adalah dengan memberikan kata-kata yang ingin kita sugestikan saat anak berada di alam bawah sadarnya saat dia awal tertidur pulas. Sambil mengelus kepalanya, sugestikan pada anak untuk BAK dan BAB di toilet karena ia sudah semakin besar dan hebat, misalnya seperti itu. Sugestikan berulang-ulang setiap anak mau memasuki tidur pulasnya.

Ada lagi metode ini (lupa lagi nama metodenya apa). Cukup ekstrim sih, jadi si anak dibiarkan telanjang tanpa celana di dalam rumah sampai ia mau ke toilet. Metode ini bisa diterapkan berbulan-bulan sampai si anak mau ke toilet. Sempat juga saya terapkan metode ini tapi paling hanya bertahan setengah jam setiap harinya karena kasihan, takut anaknya masuk angin.

toilet training
ilustrasi: pixabay



4. Libatkan Seluruh Anggota Keluarga

Penting banget melibatkan anggota keluarga lain saat anak melakukan toilet training, agar ibu nggak merasa sendiri dan tetap waras. Walaupun ayah sibuk bekerja, atau si kakak sibuk belajar, setidaknya mereka bisa memberikan semangat sama si batita untuk BAK dan BAB di toilet.

Anakku dengan kakaknya jaraknya cukup jauh, yaitu 7 tahun. Jadi selain memberikan semangat terus ke adik agar mau BAK dan BAB di toilet, si kakak juga sering memperagakan dongeng tentang toilet training pada si adik dengan menggunakan boneka.

5. Kenali tanda-tanda saat anak mau ke toilet

Kalau anak sudah bisa bicara, ajarkan ia untuk bicara saat mau BAK atau BAB. Kadang-kadang bisa dilihat tanda-tanda si anak mau BAK, ia meringis atau memegang kemaluan saat terasa mau BAK. Kalau hendak BAB biasanya sering diawali dengan datangnya bau kentutnya si anak. Kalau sudah muncul tanda-tanda tersebut, bisa segera bawa anak ke toilet.

5. Sabar, Ikhlas, Doa


"Sabar, umi.. " Ini yang suka diingatkan anak yang lebih besar saat saya udah mulai lelah menghadapi toilet trainingnya si kecil. Bagaimana tidak, tiap beberapa menit saya ajak ke toilet tapi anak belum mau BAK. Padahal saya sendiri harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Memang perlu kesabaran saat anak menjalani toilet training, karena anak batita butuh proses terus untuk beradaptasi dengan berbagai tahapan tumbuh kembangnya. Ikhlas, adalah kata yang mudah terucap namun cukup sulit dijalani. Namun berusaha teruslah untuk ikhlas mendampingi anak saat toilet training. Satu-satunya tempat bergantung yang diketahui anak adalah orang yang ada di dekatnya yaitu kita sebagai orangtua. Ingat saja, bahwa kita melakukan ini untuk kebaikan anak agar anak kelak mandiri.

Doa yang tak putus-putus juga sangat perlu, agar kita selalu dimudahkan dalam mendampingi anak. Dan semoga saja jika kita ikhlas menjadi orangtua yang mendampingi anak dalam tumbuh kembang mereka, jadi amal ibadah buat kita sebagai orangtua sebagai bekal ke kampong akhirat.  

 

Comments

Popular posts from this blog

Rekomendasi Homeschooling Terbaik Untuk Solusi Belajar Anak

Bermain Kartu UNO

Usia Nanggung Bikin Bingung (Memutuskan Kapan Anak Akan Sekolah)

Biaya Masuk SMP Islam di Tangerang Selatan

Berendam Air Panas di Grage Hotel & Spa Kuningan