Penghargaan Untuk Indera Penglihatan


Penghargaan ialah sesuatu yang diberikan pada perorangan atau kelompok jika mereka melakukan suatu keulungan di bidang tertentu. Penghargaan biasanya diberikan dalam bentuk medali, piala, gelar, sertifikat, plakat, atau pita. Suatu penghargaan kadang-kadang disertai dengan pemberian hadiah berupa uang seperti Hadiah Nobel untuk kontribusi terhadap masyarakat, dan Hadiah Pulitzer untuk penghargaan bidang literatur. Penghargaan bisa juga diberikan oleh masyarakat karena pencapaian seseorang tanpa hadiah apa-apa.

Itulah pengertian penghargaan menurut Wikipedia. Intinya, penghargaan itu adalah segala sesuatu yang diberikan atas pencapaian seseorang atau sesuatu. Bagi manusia, jelas Allah SWT lah Dzat Yang Paling Menghargai makhuk-Nya. Setiap kebaikan yang dilakukan hamba (mencari nafkah, mengurus keluarga, menuntut ilmu, sedekah, membaca Alquran, dan sebagainya), dihargai Alllah SWT dengan pahala, nikmat dan balasan surga.

Sementara itu, manusia kadang-kadang lalai dan harus sering diberi peringatan agar terus bersyukur dan menjaga nikmat-Nya. Mungkin seperti yang saya alami barusan.


***

“Kak, mundur!” Kata saya saat melihat Za nonton televisi dengan jarak yang sangat dekat. “Kak, lihatnya jangan begitu!” Kata saya lagi saat Za melihat ke arah televise sambil memicingkan matanya.

Sebenarnya dengan kelakuan Za seperti ini saya sudah bisa menduga ada yang salah dengan penglihatan Za. Apalagi Za juga pernah mengeluh kalau dia kesulitan membaca dan melihat ke whiteboard saat di kelas. Karena mengurus satu-satu hal lainnya, asuransi, dan juga kelalaian saya sebagai orangtua, saya dan suami baru memeriksakan Za hari Sabtu kemarin.

Bertempat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Za terlebih dulu diperiksa oleh petugas optik untuk mengetahui berapa minus matanya. Satu persatu kaca minus dipasangkan sambil petugas menyuruh Za membaca huruf dan angka di proyektor.


 

periksa ke dokter mata
menunggu panggilan dokter


“Waduuh, ini sih udah besar nih minusnya, ini udah lama nih..” Kata bapak petugas optik. Saya terdiam. Terus terang saya merasa bersalah dan lalai sama titipan Allah ini, merasa gak menjaganya dengan baik. Setengah jam lebih diperiksa, akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa mata Za minus 3,5 (kanan) dan 2,5 (kiri).

Saat tiba konsultasi dengan dokter mata RSPP, dr. Titi Setyaningsih, Sp.M, pertanyaan yang diajukan pertamakali oleh dokter adalah, “Kenapa baru sekarang diperiksa?” Susah juga jawabnya. Mau mengemukakan banyak alasan pun tidak akan merubah kenyataan yang ada.

“Coba ibu buka kacamata dan tutup mata kiri ibu. Bagaimana kelihatannya? Buram kan? Itulah yang dirasakan anak ibu.” Kata dokter Titi lagi membuat rasa bersalah di hati semakin menjadi. 

Kalau melihat ke belakang, penyebab mata minus Za ini mungkin karena pemakaian gadget yang tidak terkontrol. Peraturan yang kami buat memang hanya boleh Sabtu dan Minggu untuk Za menggunakan gadget, namun pada pelaksanaannya saya membolehkan juga pada hari lainnya. Selain itu, kata bapak petuga optic, faktor genetic juga sangat berpengaruh terhadap mata minus. Saya dan suami memakai kacamata, keluarga saya pun semuanya memakai kacamata.

Dokter Titi yang selalu baca Bismillah sebelum memeriksa pasiennya, memberikan beberapa solusi untuk menjaga mata Za, minimal tidak bertambah minusnya:
  1. Memakai kacamata untuk merangsang penglihatannya.
  2. Mengkonsumsi makanan sehat seperti sayur dan buah, serta tidak mengkonsumsi ayam terlebih dulu.
  3. Banyak bermain dan beraktifitas di luar yang terkena sinar matahari, karena sinar matahari bisa memenuhi rangsangan cahaya alami pada mata.
  4. Kurangi gadget.


optik melawai
periksa lagi di optik sebelum membeli kacamata


Selesai Za diperiksa, giliran saya yang diperiksa. Seperti saat diperiksa 2 tahun lalu, mata kanan saya minusnya besar banget. Dulu masih 16, sekarang bertambah jadi 17! Karena perbedaan minus dengan mata kiri besar, maka tidak boleh dipakaikan kacamata dengan minus sebesar tersebut. Saya boleh dipakaikan kacamata minus 10 (kanan) dan 7,5 (kiri).

Dokter Titi memeriksa mata saya. Pertama, menggunakan alat pemeriksaan mata. Kedua, dilihat dengan cahaya di ruangan gelap. Beliau melihat saraf mata saya mulai melemah. Beliau menyarankan saya untuk menjalani pemeriksaan  laser untuk memperkuat saraf mata.

Laseer berbeda dengan lasik. Lasik dijalani untuk mengurangi minus mata. Kata Petugas optik, walau saya menjalani lasik, potensi untuk minus tetap ada, hanya berkurang saja. Lagipula retina mata saya tipis, lasik bisa berhasil namun juga berpotensi gagal karean tipisnya retina.

Maka siang itu juga setelah solat dan makan, saya dijadwalkan menjalani laser mata. Sempat takut juga akan seperti apa prosesnya. Datang ke dokter selalu membuat hati saya deg-degan dan pikiran gak karuan. Tapi gak mungkin juga saya lari. Akhirnya ya Cuma pasrah yang bisa dilakukan.

Mata saya dipakaikan obat tetes terlebih dulu, selama sekitar 3 kali sampai mata saya merasa berkabut. Lalu saya duduk dihadapkan sebuah alat. Mata saya dipasang alat sehingga tidak mudah berkedip. Pemeriksaannya sendiri tidak sakit. Tapi, ooh susahnya buat fokus dan tak berkedip. Beberapa kali saya merasakan sinar merah di depan mata dan pergerakan lain yang membuat pening kepala. Tak heran, karena mata sangat dekat dengan saraf di kepala. 

Bu dokter berkali-kali istighfar selama me-laser mata saya. Setelah kurang lebih 15 menit, proses laser mata selesai dan saya harus kembali untuk control dalam waktu 2 minggu.Sekarang saat menuliskan ini, mata saya masih terasa cenat-cenut sampai ke kepala, seperti orang yang pusing.



mata minus besar


***

Saya cukup sedih sih karena merasa lalai terhadap Za. Sudah tahu kalau ia ada potensi genetik terganggu penglihatannya, tapi tidak maksimal menjaga kesehatan matanya. Padahal, nikmat melihat itu luar biasa nikmatnya. Sediiiiih banget, saat semalam kita ngobrol, Za melihat saya darii jarak kira-kira 2 meter dengan memicingkan mata. Mungkin selama ini dia melihat ibunya seperti bayang-bayang yang tak jelas rupanya. 

Tapi saya juga bersyukur, Allah SWT menggerakkan saya dan suami untuk memeriksakan Za Sabtu kemarin. Karena menurut sumber yang saya baca, jika mata minus tidak diberi kacamata, kerusakannya akan bertambah parah. Mata akan mudah sakit dan lelah, bertambahnya minus bahkan kebutaan dini. Naudzubillah!

Saya sendiri kalau tidak ditawari oleh suami, tidak akan ikut memeriksakan juga mata saya. Biarlah, saya sudah tua, bisa melihat dengan bantuan kacamata saja sudah bersyukur. Padahal seharusnya saya tidak berfikir begitu. Mata minus sebaiknya diperiksakan setiap tahun untuk mengetahui kesehatan mata, begitu kata bapak petugas optik. 

Dalam hati, saya takut juga, takut Allah SWT mencabut nikmat melihat ini jika saya tidak menjaganya. Pantai indah yang pernah saya kunjungi, alam pegunungan di kampung halaman, wajah orangtua yang menua, wajah suami dan anak-anak yang tertawa ceria, semua itu dilihat dengan indra pemberian Allah SWT bernama MATA. 

Saat ini yang bisa saya lakukan adalah berusaha menjalani nasihat dokter sebagai bentuk PENGHARGAAN  terhadap indra melihat titipan Allah ini. Sejak hari Sabtu kemarin, tak sedikit pun Za menyentuh gadget. Makan sayur dan buah, insyaallah Za tidak kesusahan. Sekolahnya pun full day, jadi banyak kegiatan yang dilakukan tanpa gadget.

Za juga lagi nunggu kacamata yang dipesan selesai. Za pesan kacamatanya di Optik Melawai yang merupakan salah satu Merchant Sodexo. Sodexo adalah pelopor bisnis solusi motivasi yang menawarkan program motivasi, program loyalitas dan aplikasi, hingga solusi voucher dan kartu. Jadi, kalau sahabat Za dan Ra punya voucher belanja Sodexo, bisa digunakan untuk berbelanja kacamata di Optik Melawai. 

Yuk, berikan penghargaan terbaik untuk mata kita. Jangan tunggu nanti ketika ada gangguan dan jaga ia dengan nutrisi yang baik, menjaga jarak pandang, dan stimulasi cahaya alami yang tidak berlebihan. Semoga kita semua dikaruniai kesehatan dan diberi kemampuan menjaganya ya, amiin.

Comments

  1. Syafakillah yaa Mba Kania, laba'tsa thohurun insya allah. Baru tahu kalau jangan makan ayam dulu, itu karena apa mba? Jadi kepo saya hihi, soalnya temen saya banyak juga yang pakai kaca mata karena faktor genetik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya ga denger penjelasan dokter mba karena lagi diperiksa juga, apa mungkin karena lemaknya ya. lemak kan bisa menghambat nutrisi

      Delete
  2. yang namanya mata dan indera lainnya memang merupakan penghargaan dari Allah ya mbak. Apalgi mata, yang paling dominan dipakai. Dari baca tulisan ini saya juga sedih, paksu juga ngelihat sesuatu mulai samar, tapi dia nggak mau periksa sama sekali.

    ReplyDelete
  3. waah... mba minusnya besar ya...
    terus yg tdk boleh makan ayam, memang kenapa ya mba?

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya itu mba, pas dokter jelasin ke suami saya lagi diperiksa jadi ga terlalu denger detailnya

      Delete
  4. Kakak Za moga2 gak nambah ya minus matanya. Saya udah minus 10-14 nih mama Nia...kalo jarak 1 meter aja orang keliatan mukanya rata semua

    ReplyDelete
  5. Baca tulisan ini jadi nasigat banget buat saya, mbak. Saya minusnya baru 1/2. Tapi saya sering baca artikel di hp lama, sambil tiduran. Apalagi sekarang, saya sering nggak pake kacamata. Kalo kelamaa, mata saya sering sakit, ngerasa berat bahkan pusing.

    Makasih nasihatnya, mbak. :)

    ReplyDelete
  6. langsung teringat damar yang suka nonton TV dekat-dekat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. dites sendiri aja dulu mak di rumah jarak bacanya

      Delete
  7. hampir sama kayak pengalaman saya dengan anak pertama dulu ..saya juga merasa kecolongan bgt..dan sekarang rutin periksa mata setahun sekali

    ReplyDelete
  8. Emang mata/ penglihatan itu karunia Allah yg luar biasa ya mbak.
    Jadi keinget kmrn baru aja sakit mata, ada jamur di kornea mata. Udah ngrasa ngeri aja bakal kehilangan penglihatan, Makanya skrng dijaga baik2 huhuhuhu :(

    ReplyDelete
  9. Ayo kakak jangan sampai telat menjaga kesehatan mata. Mata saya juga minus nih walau masih lebih kecil tapi cukup mengganggu kalau malam

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.

Popular posts from this blog

Rekomendasi Homeschooling Terbaik Untuk Solusi Belajar Anak

Bermain Kartu UNO

Usia Nanggung Bikin Bingung (Memutuskan Kapan Anak Akan Sekolah)

Biaya Masuk SMP Islam di Tangerang Selatan

Berendam Air Panas di Grage Hotel & Spa Kuningan