Catatan seorang ibu dalam mendampingi tumbuh kembang tiga buah hatinya, menemani mereka berpetualang dalam kehidupan.
Hadist
Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps
"Barangsiapa yang menyenangkan anak kecil keturunannya hingga ia merasa puas maka kelak Allah akan menyenangkannya di hari kiamat hingga ia merasa puas.."
Sudah muali akhir tahun nih. Biasanya, sebagian orangtua disibukkan dengan kegiatan mencari sekolahan untuk anak-anaknya. Karena sebagian sekolah, terutama yang swasta, sudah mulai membuka pendaftaran di bulan Oktober sampai Desember. Termasuk saya, sedang bersiap-siap memasukkan si sulung ke SMP di sekitar rumah. Inginnya sih yang ada muatan agamanya, metodenya belajar aktif yang tak hanya duduk di kelas, modern dan tidak ketinggalan teknologi, serta mengedepankan akhlak mulia. Hmm, ada nggak sih sekolah yang seperti itu ya. Banyak maunya, hehe, ya.. tak apa-apa kan namanya ikhtiar. Dan ini ada informasi beberapa sekolah Menengah Pertama Islam yang sebagian sudah saya survey.
Saya tinggal di komplek perumahan. Satu persatu teman seusia Ra sudah sekolah di usia 3 bahkan 2 tahun. Ada satu teman Ra yang lebih muda usianya. Dia terlihat lebih percaya diri dibanding Ra. Dia sudah ‘bersekolah’ sejak usia 2 tahunan. Sedangkan Ra, sangat takut jika bertemu orang baru. Maklum saja, di rumah teman bermainnya hanya saya, Za, dan ayahnya. Hal inilah yang kemudian mendorong saya untuk menyekolahkan Ra di usia 4 tahun kurang. Maksud saya yang utama ingin Ra belajar bersosialisasi dengan orang lain. Masalahnya adalah, Ra masuk playgroup atau TK A ya? Ra lahir bulan Agustus. Jadi usianya termasuk usia nanggung, bikin bingung untuk memutuskan kapan ia akan sekolah. “Memang sih kalau ke playgroup usianya cukup sekali, tapi masuk TK A juga Cuma kurang 1 bulan usianya. Saya kembalikan ke orangtua saja apa akan masuk playgroup atau TK A” Begitu kira-kira kata kepala sekolah calon sekolah Ra saat itu. Saya tahu kalau untuk masuk ke SD negeri minimal 7 tah
Assalaamualaikum.. Sahabat Za dan Ra, libur sekolah kemarin kemana? Saya dan anak-anak pulang kampung nih ke Kuningan, sebuah kota kabupaten di Jawa Barat. Di sana udaranya dingin karena daerahnya terletak di kaki Gunung Ciremai. Bikin mager (malas gerak) banget kalau pulang kampung karena udaranya yang adem membuat kita inginnya bermalas-malasan terus. Namun gak lengkap deh kalau ke Kuningan gak mampir ke kolam renang air panas. Maka, suatu sore di akhir Desember tahun lalu, saya dan rombongan keluarga pun berangkat menuju salah satu kolam renang umum di kota Kuningan yang memiliki fasilitas kolam air panas. Kami memilih waktu sore di hari kerja karena berharap kolam renang tidak terlalu penuh dengan penunjung di musim liburan tersebut.
SSetiap ibu pasti khawatir kalau anaknya sakit. Bagi ibu yang punya anak kecil seperti saya (7 dan 3 tahun), seringnya anak sakit batuk, pilek, diare, atau demam. Karena itu, saya berusaha selalu siap sedia obat dan vitamin di rumah. Beberapa hari yang lalu anak kedua saya, Raissa, demam. Siang harinya ia masih ceria, namun sebentar-sebentar batuk. Malam harinya, badannya demam. Saya ambil termometer dan mengukur suhu tubuhnya. 39,3°C. Wah, tinggi juga. Langsung khawatir deh kalau panasnya tinggi begini. Mau periksa, dokter yang praktek dekat rumah sudah tutup malam itu. Raissa rewel, mengeluh panas, menangis dan minta digendong. Saya beri sari kurma setiap beberapa jam. Saya balur tubuhnya dengan minyak burung but-but. Minyak ini selalu saya sediakan di rumah. Kegunaannya yang macam-macam sangat membantu dalam setiap kondisi sakit. Minyak burung but-but bisa untuk pijat, sakit gigi, dan sebagainya. Akhirnya, Raissa tertidur. Tapi sebentar-sebentar terbangun karena panas t
“Mi, beli kartu UNO dong, pake uang kakak kok…” Kata Kakak Za dengan muka memelas, saat kita berkunjung ke sebuah pusat perbelanjaan. Yah, beginilah resiko kalau mengajak anak ke pusat belanja. Laper mata, seperti emaknya, ups. Walaupun dari rumah sudah diwanti-wanti untuk tidak membeli mainan karena mainan di rumah sudah banyak, tetap saja ketika sudah sampai di lokasi belanja ada saja yang ingin dibeli anak, terutama mainan. Awalnya, saya berusaha menarik perhatian kakak ke hal lain. Tetapi tetap saja ia ketika hendak pulang ia ingat dan meminta saya untuk mengantarnya kembali ke tempat mainan. Soal mainan ini memang saya agak pelit. Mainan di rumah pun kadang hanya menjadi pajangan. Mungkin karena kakak juga semakin besar, jadi banyak mainan yang tidak terpakai lagi. Biasanya saya membelikan mainan jika ada moemen tertentu atau sebagai reward.
Comments
Post a Comment
Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.