Alhamdulillah Anakku Sudah Dikhitan (2)
Bagi saya, khitan adalah adalah peristiwa besar dan spesial buat Zaidan. Khitan adalah proses transformasi menuju kesucian jiwa dan raga. Kesucian jiwa yang ditunjukkan dengan ketundukan pada perintah Ilahi. Kesucian raga dengan melakukan operasi kecil untuk menghilangkan sebagian kecil kulit di area kemaluan yang menyimpan kotoran.
Oleh karena itu, tak ada salahnya jika saya ingin bersyukur dengan mengundang kerabat makan atau sekedar berbagi makanan pada tetangga dan teman Zaidan. Ada banyak saudara yang mengelilingi Zaidan setelah khitan, sangat membantu Zaidan agar termotivasi segera sehat. Tapi, sepertinya itu tak akan terjadi. Mmh..tak apa. Toh, walimatul khitan tidak wajib. Tanpa diundang pun kerabat datang untuk sekedar mengucapkan selamat dan menghibur Zaidan.
Alhamdulillah, anakku sudah dikhitan. Tapi, Saya tak pernah menyangka akan melihat Zaidan semenderita (bingung bahasanya, pokoknya kira-kira seperti ini) begini. Tangannya dingin dan berkeringat di ruang tunggu Rumah Sunatan Bintaro. Ia pasti gugup dan ketakutan. Saya berusaha mengajaknya ngobrol, menghibur dan menggandeng tangannya. Ia seperti tak mau lepas dari ayah dan uminya.
(Istirahat di rumah setelah Khitan, masih pucat, mungkin menahan sakit)
Pada saat masuk ruang dokter sunat, dokter dan perawat tak banyak basa-basi. Mereka langsung beraksi tapi tetap menjaga komunikasi dengan Zaidan. Zaidan hanya berteriak 'aw aw' saja saat proses khitan berlangsung. Setelah dipasang alat smart klamp, dia langsung bisa berjalan walau kadang tertatih dan mengaduh. Malah, langsung minta pergi ke mall untuk membeli mainan idaman. Saya melarangnya, menyuruhnya istirahat di rumah dulu. Namun, ia bersikeras.
Sampai di rumah, ia masih sering mengaduh. Namun teralihkan oleh mainan baru dan saudara yang datang menjenguk. Zaidan kesulitan untuk shalat. Saya membolehkannya untuk tak shalat dulu. Kan memang belum masuk usia wajib shalat. Semakin sore ia semakin sering mengaduh. Menjelang malam, Zaidan mulai menangis. Ternyata kemaluannya mulai bengkak. Pantas. Ditambah, saya baru sadar ternyata saya salah memberinya obat tetes. Seharusnya antibiotik, bukan antiseptik. Huhuhu.
Zaidan tak bisa tidur di malam pertama setelah dikhitan. Saya merasa bersalah padanya. Saya tak tahan melihatnya kesakitan. "Sakiiiit..sakiiiit...umii...sakiiit." Hati saya teriris. Ingin rasanya sakit itu berpindah ke saya saja. "Maafin umi ya, Zaidan. Zaidan kuat. Yuk, bobo saja biar nggak sakit." Saya tak tahan untuk menumpahkan air mata sambil memeluknya. Tangan Zaidan tak mau lepas dari saya. Malam itu, tidur kami tak nyenyak. Zaidan sedikit-sedikit bangun dan menangis.
Esok harinya, Zaidan masih belum bisa buang air kecil (BAK). Dibawa ke kamar mandi pun tidak bisa keluar. Saya telepon ke Rumah Sunatan Bintaro dan bertanya tentang kesulitan Zaidan. Jawabannya, beri motivasi pada anak. Itu saja. Akhirnya, setelah dibujuk Zaidan mau juga BAK sore harinya. Zaidan baru bisa Buang Air Besar (BAB) hari ketiga setelah disunat. Ya, ketakutan mungkin yang menghalanginya untuk BAK dan BAB. Syukur tiada terkira saat akhirnya Zaidan mau melewati ketakutannya. Hari ketiga, ia juga mulai bisa main dan tak banyak mengaduh.
(Celana khitan, bisa beli di Rumah Sunatan, IDR 50,000)
Hari kelima, klamp dilepas di Rumah Sunatan Bintaro. Sebelum dilepas, Zaidan berendam air hangat selama setengah jam. Zaidan mengira ia akan disunat lagi sehingga ia berteriak dan menangis saat perawat mengambil gunting kuku untuk melepas klamp. Tangisnya makin keras saat tabung klamp akan dibuka dokter. Tangis Zaidan mereda saat dokter meminjamkan Ipad sambil menunggu kulit kelaminnya melunak setelah dikompres. Zaidan menangis lagi saat tabung klamp akhirnya dibuka. Hiks. Kasiaaan. Setelah dilepas, jalannya tertatih walau memakai celana sunat.
Hari kedelapan, Zaidan sudah mau belajar puasa dan shalat lagi. Alhamdulillah, tapi belum mau lepas celana sunat. Sayang, besoknya Zaidan batuk pilek jadi tak puasa lagi karena harus minum obat.
Hari kesebelas, Zaidan puasa lagi dan belajar melepas celana sunat dari pagi sampai sore. Malam hari celana sunat dipakai lagi agar tidurnya nyenyak. InsyaAllah, hari ketiga belas setelah dikhitan Zaidan akan bisa ke sekolah lagi. Mudah-mudahan Ya Allah.
Dari semua ini, saya mengambil pelajaran yang banyak. Jika hendak mengkhitan anak, harus memperhatikan hal berikut:
- Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang khitan sebelum sosialisasi pada anak. Dari orangtua, teman, saudara, internet, dokter, dan sebagainya. Inilah yang tidak maksimal saya lakukan. Saya merasa tidak cukup mencari informasi. Saya percaya saja saat guru ngaji Zaidan bilang, "ah..sembuhnya cepat kok disunat..tenang aja". Tapi, kenyataannya yang betul adalah cepat lambatnya seorang anak sembuh dari khitan tergantung banyak faktor. Misalnya kondisi fisik dan psikis anak. Menurut perawat di Rumah Sunatan Bintaro, ada anak yang setelah klamp nya dilepas bisa berjalan seperti biasa. Namun tidak bagi Zaidan. Ia sepertinya cukup trauma.
- Setelah mendapat informasi tentang khitan, sosialisasikan pada anak. Apa itu khitan, hukum khitan bagi anak laki-laki, apa manfaatnya untuk kesehatan, seperti apa rasanya dikhitan, sembuhkan berapa lama, dan sebagainya. Alhamdulillah kalau anak mengerti. Kalau tidak, setidaknya kita sudah berusaha.
- Setelah disosialisasikan, tunggu sampai anak siap dikhitan. Jika anak masuk usia baligh, ia sudah wajib untuk dikhitan.
(Zaidan mau lepas klamp, diantar umi, adik, nenek, Uwa dan sepupu)Oleh karena itu, tak ada salahnya jika saya ingin bersyukur dengan mengundang kerabat makan atau sekedar berbagi makanan pada tetangga dan teman Zaidan. Ada banyak saudara yang mengelilingi Zaidan setelah khitan, sangat membantu Zaidan agar termotivasi segera sehat. Tapi, sepertinya itu tak akan terjadi. Mmh..tak apa. Toh, walimatul khitan tidak wajib. Tanpa diundang pun kerabat datang untuk sekedar mengucapkan selamat dan menghibur Zaidan.
Alhamdulillah, anakku sudah dikhitan. Tapi, Saya tak pernah menyangka akan melihat Zaidan semenderita (bingung bahasanya, pokoknya kira-kira seperti ini) begini. Tangannya dingin dan berkeringat di ruang tunggu Rumah Sunatan Bintaro. Ia pasti gugup dan ketakutan. Saya berusaha mengajaknya ngobrol, menghibur dan menggandeng tangannya. Ia seperti tak mau lepas dari ayah dan uminya.
(Istirahat di rumah setelah Khitan, masih pucat, mungkin menahan sakit)
Pada saat masuk ruang dokter sunat, dokter dan perawat tak banyak basa-basi. Mereka langsung beraksi tapi tetap menjaga komunikasi dengan Zaidan. Zaidan hanya berteriak 'aw aw' saja saat proses khitan berlangsung. Setelah dipasang alat smart klamp, dia langsung bisa berjalan walau kadang tertatih dan mengaduh. Malah, langsung minta pergi ke mall untuk membeli mainan idaman. Saya melarangnya, menyuruhnya istirahat di rumah dulu. Namun, ia bersikeras.
Sampai di rumah, ia masih sering mengaduh. Namun teralihkan oleh mainan baru dan saudara yang datang menjenguk. Zaidan kesulitan untuk shalat. Saya membolehkannya untuk tak shalat dulu. Kan memang belum masuk usia wajib shalat. Semakin sore ia semakin sering mengaduh. Menjelang malam, Zaidan mulai menangis. Ternyata kemaluannya mulai bengkak. Pantas. Ditambah, saya baru sadar ternyata saya salah memberinya obat tetes. Seharusnya antibiotik, bukan antiseptik. Huhuhu.
Zaidan tak bisa tidur di malam pertama setelah dikhitan. Saya merasa bersalah padanya. Saya tak tahan melihatnya kesakitan. "Sakiiiit..sakiiiit...umii...sakiiit." Hati saya teriris. Ingin rasanya sakit itu berpindah ke saya saja. "Maafin umi ya, Zaidan. Zaidan kuat. Yuk, bobo saja biar nggak sakit." Saya tak tahan untuk menumpahkan air mata sambil memeluknya. Tangan Zaidan tak mau lepas dari saya. Malam itu, tidur kami tak nyenyak. Zaidan sedikit-sedikit bangun dan menangis.
Esok harinya, Zaidan masih belum bisa buang air kecil (BAK). Dibawa ke kamar mandi pun tidak bisa keluar. Saya telepon ke Rumah Sunatan Bintaro dan bertanya tentang kesulitan Zaidan. Jawabannya, beri motivasi pada anak. Itu saja. Akhirnya, setelah dibujuk Zaidan mau juga BAK sore harinya. Zaidan baru bisa Buang Air Besar (BAB) hari ketiga setelah disunat. Ya, ketakutan mungkin yang menghalanginya untuk BAK dan BAB. Syukur tiada terkira saat akhirnya Zaidan mau melewati ketakutannya. Hari ketiga, ia juga mulai bisa main dan tak banyak mengaduh.
(Celana khitan, bisa beli di Rumah Sunatan, IDR 50,000)
Hari kelima, klamp dilepas di Rumah Sunatan Bintaro. Sebelum dilepas, Zaidan berendam air hangat selama setengah jam. Zaidan mengira ia akan disunat lagi sehingga ia berteriak dan menangis saat perawat mengambil gunting kuku untuk melepas klamp. Tangisnya makin keras saat tabung klamp akan dibuka dokter. Tangis Zaidan mereda saat dokter meminjamkan Ipad sambil menunggu kulit kelaminnya melunak setelah dikompres. Zaidan menangis lagi saat tabung klamp akhirnya dibuka. Hiks. Kasiaaan. Setelah dilepas, jalannya tertatih walau memakai celana sunat.
Hari kedelapan, Zaidan sudah mau belajar puasa dan shalat lagi. Alhamdulillah, tapi belum mau lepas celana sunat. Sayang, besoknya Zaidan batuk pilek jadi tak puasa lagi karena harus minum obat.
Hari kesebelas, Zaidan puasa lagi dan belajar melepas celana sunat dari pagi sampai sore. Malam hari celana sunat dipakai lagi agar tidurnya nyenyak. InsyaAllah, hari ketiga belas setelah dikhitan Zaidan akan bisa ke sekolah lagi. Mudah-mudahan Ya Allah.
Dari semua ini, saya mengambil pelajaran yang banyak. Jika hendak mengkhitan anak, harus memperhatikan hal berikut:
- Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang khitan sebelum sosialisasi pada anak. Dari orangtua, teman, saudara, internet, dokter, dan sebagainya. Inilah yang tidak maksimal saya lakukan. Saya merasa tidak cukup mencari informasi. Saya percaya saja saat guru ngaji Zaidan bilang, "ah..sembuhnya cepat kok disunat..tenang aja". Tapi, kenyataannya yang betul adalah cepat lambatnya seorang anak sembuh dari khitan tergantung banyak faktor. Misalnya kondisi fisik dan psikis anak. Menurut perawat di Rumah Sunatan Bintaro, ada anak yang setelah klamp nya dilepas bisa berjalan seperti biasa. Namun tidak bagi Zaidan. Ia sepertinya cukup trauma.
- Setelah mendapat informasi tentang khitan, sosialisasikan pada anak. Apa itu khitan, hukum khitan bagi anak laki-laki, apa manfaatnya untuk kesehatan, seperti apa rasanya dikhitan, sembuhkan berapa lama, dan sebagainya. Alhamdulillah kalau anak mengerti. Kalau tidak, setidaknya kita sudah berusaha.
- Setelah disosialisasikan, tunggu sampai anak siap dikhitan. Jika anak masuk usia baligh, ia sudah wajib untuk dikhitan.
- Jika anak sudah siap, orangtua juga harus siap menjalani prosesnya. Seringkali semuanya sudah siap, namun tetap saja banyak hal tak terduga bisa terjadi. Zaidan sendiri ketika ditanya mau sunat atau tidak, dia bersedia. Namun dalam pelaksanaannya tetap saja dia menangis keras dan berteriak.histeris. Kita orangtua hendaknya tak lupa minta petunjuk dan kekuatan dari Allah SWT agar diberi ketenangan dalam menjalani khitan anak. Shalat atau tilawah sebelum berangkat khitan tak ada salahnya untuk dilakukan.
- Rencanakan dimana, kapan dan dengan metode apa anak akan dikhitan. Salah satu klinik khusus sunat adalah Rumah Sunatan. Pusatnya di Bekasi, Cabangnya di kota-kota seluruh Indonesia. Ada banyak metode khitan. Kita bisa datang langsung ke klinik untuk konsultasi dengan dokter khitan. Biasanya orangtua mengkhitankan anak saat libur sekolab agar tak mengganggu kegiatan belajar anak.
- Berilah hadiah atas keberanian anak dikhitan. Ini akan menghibur hatinya dan mengalihkan perhatiannya dari sakit khitan.
- Minta bantuan pada asisten rumah tangga atau saudara untuk merawat anak yang dikhitan. Merawat anak setelah khitan perlu kesabaran. Seringkali mereka menangis kesakitan, menolak minum obat yang pahit, tak mau dibersihkan kemaluannya, dan sebagainya. Sementara itu, orangtua juga perlu melakukan hal lain seperti bekerja dan merawat anak yang lain.
- Motivasi terus agar anak cepat sehat. Bukan pekerjaan gampang karena memerlukan hati yang lapang. Tapi, sesuai janji Allah, inna ma'al usri yisran. Bersama kesulitan ada kemudahan. Jika kita berusaha terus, Allah akan memberi jalan.
Semoga bermanfaat.
Hihi baru tahu saya ada clana dlm khitan,lucu....baarokalloh zaidan :)
ReplyDeleteMakasih.mak..:)
DeleteInformasinya insyaAllah berguna mak. Anak saya juga laki2, jadi nanti ada masanya akan di khitan. Pengalaman mak cukup bisa kasih saya gambaran. Makasih ya :)
ReplyDeleteSalam hangat,
Zia
alhamdulillah mak kalau bermanfaat..:)
DeleteWah senangnya kakak Zaidan yang punya Bunda penyabar serta penyayang. JAdilah anak yang sholeh damn membanggakan ortu.
ReplyDeleteMakasih doanya mak..aamiiin..:)
DeleteSemoga saya nantinya bisa merawat anak lelaki saya sebaik uminya Zaidan. :)
ReplyDeleteKadang saya ngga sabar juga mba..:
Deletebanyak pantangan'a kalau abis khitan, jadi kudu dijaga
ReplyDeleteiya pa ..harusnya jgn bergerak bnyk ya..ini anaknya aktif bgt sih.:
DeleteWahhh, jadi ingat waktu saya khitan 13 tahun yang lalu, hehe :D
ReplyDeleteUdah lama ya pa..
Delete