Ibumu Adalah Ibuku

Seorang teman bercerita, ia seringkali berselisih paham dengan ibu mertua. Masalah yang membuat sang teman tak nyaman dengan ibu mertia macam-macam. Misalnya Ibu mertua memberi minum bayinya teh manis tanpa sepengetahuan dia, ibu mertua yang sering minta uang dan minta pertolongan pada anak lelakinya -suami teman saya-, dan sebagainya. Saya pun hanya bisa mendengarkan, memintanya bersabar, dan mendoakan yang terbaik untuknya dan ibu mertuanya.  Karena memang tak bisa dipungkiri juga bahwa dalam agama, orangtua adalah tanggung jawab anak lelaki. Kita, istri, tentu saja harus memahami, suami kita selain punya anak dan istri yang harus diperhatikan, juga harus memperhatikan orangtuanya.

Tetiba saja, saya merasa bersyukur punya ibu mertua yang senyaman ibu sendiri. Saat keluarga besar berkumpul, saya suka sungkan dengan keluarga suami yang lain. Maka saya biasanya samperin ibu mertua dan ajak beliau ngobrol, sebagai jalan untuk berbaur dengan keluarga suami. Begitu juga sebaliknya. Kalau saya sudah terlihat mati gaya dan diam saja, biasanya ibu mertua suka ngajak ngobrol duluan. 


Ibu mertua saya pintar masak. Suatu hari, bapak suami mengundang ibu mertua ke rumah. Dia ingin dibuatkan masakan kesukaan, semur jengkol. Sambil bantu ibu mertua dan menyerap ilmu memasak dari beliau, saya memberi alasan kenapa saya lebih suka masakan praktis seperti tumisan, karena saya memiliki bayi (waktu itu Raissa masih bayi). Di depan bapak suami, ibu mertua pun berkata seolah membela saya, "Iya lah..punya bayi mah jangan yang ribet masaknya.." Begitu kira-kira katanya. 

Saya, Zaidan, Raissa, dan ibu mertua di Rumah Sunatan Bintaro, saat Zaidan mau melepas tabung sunat

Lain waktu, saya dan rombongan keluarga besar jalan-jalan ke sebuah pusat belanja. Tetiba, begitu melihat sebuah keranjang putih tempat meletakkan perabotan yang selesai dicuci, ibu mertua langsung berkata pada bapak suami, "Beli nih, Nia kan belum punya. Di rumah cuma pake nampan buat perabotan yang habis dicuci." Begitu kira-kira kata ibu mertua. Horee, dalam hati saya bersorak. Makasih bu, sudah menyuarakan kata hati saya. Sebenarnya, saya tidak butuh-butuh banget sih. Bagi saya, asal ada yang bisa dipakai sesuai fungsinya, pakai saja yang ada di rumah. Tapi akhirnya dibelikan juga keranjang putih itu, berkat ibu mertua. Alhamdulillah.

Ibu mertua adalah sosok perempuan tangguh. Beliau membesarkan 8 anak tanpa bantuan asisten rumah tangga. Tak terbayang kalau saya di posisi beliau. Dua anak saja, saya merasa belum maksimal memperhatikan mereka. 

Ibu mertua sering mengunjungi saya dan anak-anak. Dibanding orangtua kandung saya, jarak rumah saya dengan rumah ibu mertua memang lebih dekat, kurang lebih 3 jam-an. Karena ibu kandung saya tak bisa sering-sering berkunjung, kedatangan ibu mertua cukup mengobati rindu saya pada ibu kandung. Mungkin, kalau boleh saya bilang di depan bapak suami, "Ibumu adalah ibuku". 

Saat ini, ibu mertua sedang ada di Singapura, mengunjungi anak dan cucu yang tinggal di sana. Beliau memang sangat perhatian pada semua anaknya, walaupun anak-anak beliau sudah besar. Masih jelas dalam ingatan, saat bapak suami terbaring sakit karena batu ginjal, ibu mertua datang ke rumah sakit dengan wajah cemas. Padahal beliau sendiri sedang kurang sehat karena darah tinggi.

Menuliskan ini, saya makin sadar saya menyayangi ibu mertua seperti ibu sendiri. Saya pun hanya bisa berdoa, semoga beliau senantiasa sehat dan bahagia.



Comments

  1. Menyenngkan kalau mertua dan mantu bisa akur :)

    ReplyDelete
  2. aamiin semoga beliau selalu sehat selalu...
    enak ya akur...alhamdulillah

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah bisa akur yah, Mbak.. Semoga beliau selalu sehat.. Aamiiiin.. :D

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah ya Mak.. rukun sama Ibu mertua :))

    ReplyDelete
  5. amin untuk do'anya. hubungan mertua menantu akur itu luar biasa ya mak. alhamdulillah :)

    ReplyDelete
  6. ah... mantap mbak Nia.. alhamdulillah saya juga punya mamih mertua yang baik banget. saya tinggal sama mertua, kalo saya sakit juga mamih yang merawat. meski kadang jujur ada sebelnya, tapi... saya menekankan diri sendiri, bahwa jasa dari mamih mertua lah saya bisa bertemu dengan laki - laki seperti suami saya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. semua orang ada sisi baik dan buruknya ya mba, melihat dari sisi baiknya tentu lebih utama. hebar mba bisa bersabar :)

      Delete

Post a Comment

Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.

Popular posts from this blog

Rekomendasi Homeschooling Terbaik Untuk Solusi Belajar Anak

Bermain Kartu UNO

Usia Nanggung Bikin Bingung (Memutuskan Kapan Anak Akan Sekolah)

Biaya Masuk SMP Islam di Tangerang Selatan

Berendam Air Panas di Grage Hotel & Spa Kuningan