Kado Terindah Dari Seorang Bapak Untuk Anak Perempuannya



Bapak saya itu idola saya. Dia suka membuat semua anak-anak dan cucunya ketawa dengan tingkahnya yang lucu dan konyol. Bapak tak suka merepotkan orang lain. Kalau mau mandi pakai air hangat, beliau merebusnya sendiri tanpa minta tolong ibu yang sedang melayani pembeli di warung. Bapak itu tukang memperbaiki. Waktu saya masih gadis, dia suka memperbaiki kacamata saya yang goyang-goyang supaya lebih kuat dan tegak saat dipakai. Kalau berkunjung ke rumah saya, ada saja yang diperbaikinya: pegangan pintu yang copot, handle pisau yang patah, jemuran yang mulai ambruk, rumput yang ‘gondrong’, dan sebagainya. Bapak juga ojek pribadi saya. Saat yang lain diantar kemana-mana dengan pacarnya, saya Alhamdulillah aman diantar bapak ke kantor pos, bank, salon, dan terminal. Bapak adalah tempat curhat tentang masalah hidup dan keagamaan. Pendeknya, saya dekat dengan bapak seperti umumnya anak perempuan dengan ayahnya.

Suatu hari, saat anak kedua saya belum lahir, bapak bertanya pada saya apa kegiatan saya sehari-hari. Mengurus keluarga tentu saja, jawab saya. Kegiatan mengajar sudah saya tinggalkan dengan alasan jarak tempat mengajar yang cukup jauh dan gaji pengasuh yang semakin tinggi, sementara penghasilan pun seadanya. Bapak bertanya lagi tentang kegiatan menulis saya. Ya, dari dulu bapak tahu saya suka menulis dan membaca. Saat hendak pulang kampung selepas kuliah diploma, bapak mencandai saya. Katanya, buku cerita saya lebih banyak daripada buku kuliah saya. Hihi, memang benar sih. Rasanya waktu kuliah saya lebih suka baca buku cerita dibanding buku kuliah. Huhu, maafkan anakmu ya pak. Ada sedikit penyesalan dalam hati. Coba kalau kuliahnya lebih bersungguh-sungguh, mungkin…mungkin.. Ah sudahlah, yang lalu biarkan menjadi pelajaran bagi hidup saya yang akan datang.

Masih ada sama kardus-kardusnya^^
Tentang pertanyaan bapak, saya jawab bahwa ada keinginan bisa mengembangkan lagi kegiatan menulis di sela-sela waktu mengurus keluarga. Hanya kegiatan inilah yang paling mungkin dilakukan dari rumah. Tak disangka, bapak menawarkan saya sebuah laptop agar saya bisa menulis kembali. Padahal pada saat itu, di rumah saya juga sebenarnya ada komputer milik suami yang bisa saya pakai saat suami bekerja di kantor. Saya tak menjawab iya atau tidak. Karena sebenarnya, saya juga masih ragu pada kesempatan dan kemampuan saya menulis. Saya takut tak bisa memanfaatkan dengan maksimal pemberian berharga itu. Saya sering menjumpai situasi seperti ini: Kita memiliki fasilitas untuk berkarya, namun akhirnya tak satu pun karya yang dibuat. Sebaliknya, kita tak memiliki fasilitas memadai untuk berkarya, namun karya kita muncul satu persatu. Dalam sebuah thread status Rena Puspa, ini disebut ilmu kepepet alias pepetologi :D.

Beberapa hari kemudian, datang adik saya ke rumah. Dia membawa sebuah kotak berisi laptop kecil merek Acer seri Aspire One. Ternyata bapak yang menyuruh adik membelikan dan mengirimkannya pada saya. Kebetulan, rumah kos adik dekat dengan rumah kontrakan saya saat itu. Bisa saja bapak mengirimkannya dari kampung ke rumah saya dengan memakai jasa pengiriman. Namun, bapak menilai adik saya lebih mengerti tentang laptop, makanya beliau minta tolong adik.

Saya terharu dengan besarnya cinta bapak pada anak perempuannya. Saya ini sudah menikah, masih saja beliau memanja saya. Masih saja beliau peduli dengan kegiatan saya. Sungguh, sebuah kado terindah yang saya terima. Bukan saja laptopnya, namun terutama bentuk perhatian yang beliau beri.

Laptop pemberian bapak menemani hari-hari saya selanjutnya. Saya pindah rumah ke pinggiran Jakarta dan kembali mengajar, laptop itu turut membantu kegiatan saya. Namun, belum sempat saya menghasilkan banyak karya tulis, laptop itu keburu ‘sekarat’. Sudah hampir 5 tahun ia hanya menjadi penghuni lemari di rumah. Kata teman mengajar, harus diinstal ulang. Kata suami, jual saja dan beli baru. Kata bapak pemilik toko jual beli laptop, dijual pun tak mungkin laku. 

Seorang teman mau membeli laptop ini dengan cara mencicil, namun saya yang awalnya menyetujui malah berbalik enggan. Ada apa dengan saya? Saya berfikir, bagaimana ya perasaan bapak kalau tahu laptop pemberiannya saya jual. Laptop itu selalu mengingatkan saya pada bapak dan segala perhatian yang ia beri. Walau beliau mungkin sudah lupa apa yang diberikan pada anaknya. Tetap saja, saya belum mau melepas laptop itu.

Laptop itu masih ada di lemari. Saya masih berharap suatu hari ia akan kembali ‘sehat’ dan bisa mengantar saya menghasilkan tulisan yang lebih baik. Saya belum mengerahkan upaya maksimal untuk memperbaikinya. Saya baru bertanya pada teman, belum bertanya ke Acer pusat. Siapa tahu, ya..siapa tahu ia akan pulih. Supaya kado terindah dari bapak bisa menemani saya lagi dalam menulis.

Comments

  1. jangan dijual mbak, selain harganya yang jatoh, nilai historynya juga tinggi nih laptop

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mas sy juga berfikir demikian..ada nilai historis yang saya kenang:)

      Delete
  2. Wah..bapaknya seperti ayahku ya...jadi kangen sama ayah..:(. Simpan mbak laptopnya jangan dijual. Sayang.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hiks..iya mba..mudah2an bisa dipake lagi laptopnya

      Delete
  3. Senang sekali, ya, punya bapak sebaik itu. Semoga kehadiran laptop baru itu bisa menghasilkan karya-karya yang bermanfaat.

    ReplyDelete
  4. laptop kenangan ya mbak, buat pajangan aja biar selalu terkenang akan kebaikan bapak. Bagaimanapun juga itu ada wujud cinta kasih seorang bapak kepada anaknya.....pastinya bahagia ya mbak.....

    ReplyDelete
  5. Cinta bapak sejati, sama seperti ibu sejati, Mbak. Tak akan pernah berhenti memberi perhatian dan rasa cinta kepada anak-anaknya, walau mereka sudah menikah.

    ReplyDelete
  6. senangnya ya, dapat hadiah berharga seperti itu dari bapak :)

    ReplyDelete
  7. Nilai sejarah, kasih sayang seorang Ayah ada di Laptop itu ya Mak...Sukses GAnya...

    ReplyDelete
  8. enaknya :( saya juga pengen dikado kaya gitu hihi www.novawijaya.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mudah-mudahan ada yang kasih kado seperti ini mak..:)

      Delete
  9. kalau pendapat saya sih Mbak, jangan dijual. kenangannya itu loh yang enggak akan tergantikan sampai kapanpun. Kalau rumah kita dekat, mungkin bisa diutak atik oleh suami, hehehe. Laptop emang agak rentan dibanding pc.
    Sukses GAnya ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ya mak,..suami mak pinter ya otak-atik laptop?

      Delete
  10. Jangan dijual maaak...jadikan penyemangat biar makin kinclong karyamu :*

    ReplyDelete
  11. Service aja mak, sayang kalau dibiarin di lemari.. :) Mudah2an bisa diperbaiki ya..
    Tapi sebaiknya bawa ke tempat service yg terpercaya mak..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mak, saya terpikir mau dibawa ke Acer pusat. Tapi jauh menurut saya kecuali suami mau bantuin :p

      Delete
  12. Kalau install ulang, insya Allah masih ada harapan mbak... semoga ya :)

    ReplyDelete
  13. Wah.. perhatian bapak sungguh luar biasa ya Mak.. bahkan sampai sudah menikah pun masih diberi hadiah seperti itu.. so sweet Mak.. jangan dijual laptopnya.. diservice aja biar bisa bermanfaat lagi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mak..harus nyari info dulu nih service dimana

      Delete
  14. Bapak kamu menyadari kalau menulis lewat laptop lebih enak daripada lewat desktop. Lagi pula nggak enak kan kalau harus bergantian dengan sumai.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul pa..enak nya pake laptop Itu bisa Dibawa kemana-mana

      Delete
  15. Hai Mak...

    Makasih banget yaa sudah ikutan Giveaway Kado Terindah. Semoga menang! :D

    Salam,
    Pungky

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.

Popular posts from this blog

Rekomendasi Homeschooling Terbaik Untuk Solusi Belajar Anak

Bermain Kartu UNO

Usia Nanggung Bikin Bingung (Memutuskan Kapan Anak Akan Sekolah)

Biaya Masuk SMP Islam di Tangerang Selatan

Berendam Air Panas di Grage Hotel & Spa Kuningan