Liburan Ke Kebun Binatang Bandung

Beberapa waktu lalu saya dan dua buah hati ikut suami dinas ke Bandung. Kami menginap di sebuah hotel di Dago. Kami selalu berupaya mencari tempat liburan yang murah meriah yang tak jauh dari tempat menginap. Taman Lalu Lintaa sudah pernah kami singgahi. Museum Geologi juga. Maka pilihannya jatuh ke Kebun Binatang Bandung.

Kebun Binatang Bandung ini pada awalnya dikenal dengan nama Derenten yang artinya kebun binatang. Kebun Binatang Bandung didirikan pada tahun 1930 oleh Bandung Zoological Park (BZP), yang dipelopori oleh Direktur Bank Dennis, Hoogland. Pada saat Jepang menguasai daerah ini, tempat wisata ini kurang terkelola, hingga pada tahun 1948, dilakukan rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi tempat wisata ini. Pada tahun 1956, atas inisiatif dari R. Ema Bratakoesoema, Bandung Zoological Park dibubarkan dan berganti menjadi Yayasan Marga Satwa Tamansari pada tahun 1957.


Kebun Binatang Bandung buka mulai pukul 08.00 sampai 17.00. Harga tiketnya 20.000 per orang, anak usia di bawah tiga tahun tidak termasuk. Selain berbagai jenia hewan langka, ada juga arena bermain seperti Flying fox, Taman bermain, Kolam untuk perahu dan perahu bebek.

Begitu masuk kebun binatang, kami disambut oleh beraneka burung langka, contohnya burung makaw. Tak jauh dari sangkar burung, ada bayi harimau berusia dua bulan yang sedang diajak jalan-jalan oleh pengasuhnya. Zaidan dan Raissa sempat mengelus si bayi. Ada juga seekor ular (ular apa namanya lupa tanya) yang dibiarkan tiduran di bangku dekat kerumunan bayi harimau. Ada yang jagain sih, seorang pawang. Beberapa anak muda sempat berfoto dengan sang ular dan memberikan tip seikhlasnya pada pak pawang. Zaidan dan Raissa juga ikut mengelus-elus si ular. Saya? Jangan tanya, geli.


Turun ke bawah dari area itu, ada kolam perahu. Zaidan memaksa naik perahu bebek yang tiketnya per orang 5000 rupiah, tak termasuk batita. Haduh, saya tak pakai daleman celana panjang. Alamat aurat kemana-mana. Benar saja, berulang kali saya menarik rok ke bawah agar kaki saya tak terlihat saat mengayuh perahu. Begitulah kalau liburan dadakan, persiapannya pun alakadarnya. Kami sempat panik saat perahu berhenti di tengah atau belok ke arah yang salah karena kami salah mengemudikan. Panik-panik seru gitu. Di tengah kolam ada pulau kecil yang dihuni berbagai macam tanaman dan seekor monyet yang tiada henti berteriak. Suaranya bergema kemana-mana. Akhirnya kami sampai dengan selamat mengelilingi kolam.

Kami berkeliling kembali melihat seisi kebun binatang. Di area ular, kami melihat beberapa ular yang sedang ganti kulit. Di dekatnya, ada ayam-ayam yang sedang asyik memainkan kulit ular, bersiap disantap sang ular.


Perjalanan dilanjutkan kembali. Suami sempat naik unta dan gajah menemani Raissa. Kalau saja memakai atribut lengkap, saya juga mau deh bergelantungan naik flying fox.

Menurut mbah wiki, Kebun Binatang Bandung ini punya tiga fungsi:
- Fungsi kebudayaan. Kebun Binatang Bandung sebagai tempat rekreasi didalamnya terdapat wahana pergelaran seni budaya, yang dapat menanamkan kesadaran dan rasa cinta tanah air melalui pengamatan dan pemahaman kekayaan budaya, serta pengamatan dan pemahaman kekayaan flora dan fauna.
- Fungsi pendidikan dan Iptek. Kebun Binatang Bandung merupakan sebuah wahana yang dapat dimanfaatkan oleh kalangan edukatif untuk menambah pengetahuan dan untuk menghasilkan butir-butir pengetahuan baru yang bermanfaat dan berguna bagi kehidupan masyarakat. Kebun Binatang Bandung ini juga dapat dimanfaatkan sebagai obyek riset atau penelitian di berbagai keilmuan.
- Fungsi perlindungan dan pelestarian kekayaan alam. Kebun Binatang Bandung sebagai tempat dimana wahana flora dan fauna dikembangkan dan dilestarikan, berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan berbagai satwa flora dan fauna dengan tujuan menjaga kekayaan alam.
- Fungsi rekreasi bagi masyarakat.


Dibanding dahulu saat saya mengunjunginya tahun 2000-an awal, Kebun Binatang Bandung memang banyak mencapai kemajuan. Seingat saya, area terbuka untuk pertunjukkan dulu belum ada. Jalanan pun dulu masih banyak yang belum memakai ubin. Sedikit sayangnya, ada sebuah pondok yang dibiarkan tak terpakai, hanya ada beberapa pedagang di terasnya. Alangkah baiknya dibersihkan dan digunakan, misalnya untuk kedai makanan atau toko cinderamata. Juga, di area buaya, ada pager besi yang mulai patah. Duh, sempat parno deh. Takut anak jatuh ke bawah atau sebaliknya buayanya loncat keluar. Nggak mungkin banget ya. Mudah-mudahan segera diperbaiki.

Sumber tulisan: wikipedia.org

Comments

  1. Hehe, buaya kan gak bisa loncat mak :p
    Saya udah lama banget gak ke sini lho mak.. enaknya rame-rame ya supaya seru :)

    ReplyDelete
  2. sayang sekali ya , saya orangf bandung asli saja belum pernah tuh masuk ke kebun binatang
    hahaha kasian banget ya saya ?
    salam hangat gan : http://tanjungherbal.com/cream-arabian/

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.

Popular posts from this blog

Rekomendasi Homeschooling Terbaik Untuk Solusi Belajar Anak

Bermain Kartu UNO

Usia Nanggung Bikin Bingung (Memutuskan Kapan Anak Akan Sekolah)

Biaya Masuk SMP Islam di Tangerang Selatan

Berendam Air Panas di Grage Hotel & Spa Kuningan