Posts

Showing posts from May, 2014

Nikah Massal

Image
Jam tujuh pagi suasana di luar rumah sudah terdengar sibuk. Para petugas keamanan terdengar sedang bersiap-siap untuk pengamanan acara dan pengaturan kendaraan. Saya diam-diam menikmati suasana pagi ini sambil menjemur baju di depan rumah. Ya, pagi ini di kompleks perumahan saya di Villa Bintaro Regency, Tangerang Selatan (Tangsel), sedang digelar nikahan massal. Dihadiri oleh walikota Tangsel Ibu Airin Rahmi dan wakil menteri agama RI, kompek rumah mendadak jadi wilayah terramai sedunia :D. Begitu keluar rumah jam sepulu lewat dengan Zaidan dan Raissa, suara petasan menyambut kami. DAR DER DOR. Raissa sempat menangis karena kaget. Begitu usai, iring-iringan pengantin mengular menuju Masjid Al Muhajirin, tempat acara digelar. Acara nikah massal ini diramaikan oleh Tanjidor, Ondel-ondel, Upacara Palang Pintu, Nasyid, Qosidahan, lenong Betawi Jaya Pimpinan H. Bolot dan bazar. Semula saya ingin juga berpartisipasi dalam bazar, tapi ternyata ayahnya anak-anak sedang dinas ke l

Sari Bakso Bintaro

Image
siang itu sepulang jalan-jalan dari tempat perbelanjaan di wilayah Bintaro, suami menawarkan saya dan anak-anak mampir ke sebuah Warung bakso. Saya sih iya saja tentunya. Walau tak ngefans banget sama bakso, kalau ditawari sambil lagi laper tentu oke banget. Mengurangi tugas memasak menu makan siang hihi.. Motor yang kami tumpangi berempat (ya, berempat. Nekad banget ya..mumpung anak-anak masih kecil :D. Kalau udah besar ga bisa naik motor berempat *ngeles) berlari ke arah yang belawanan dengan Jalan pulang. Mau kemana sih si ayah, pikir saya, jauh banget. Ternyata suami berhenti di sebuah Warung bakso bernama Sari Bakso. Suami memesan baso urat, saya dan Zaidan memesan baso super. Semntara Raissa tertidur pulas di pelukan saya. Begitu pesanan datang, waaww..mangkuknya gede banget. Baso super sekepalan Tangan orang dewasa itu dipotong-potong sehingga mekar seperti bunga. Rasanya..ya seperti bakso, terasa daging sapi, tulang rawannya dan kuah berlemaknya di lidah. Beda deh dengan b

Sunnah Rasul di Hari Jum'at

Image
Entah kenapa sebagian orang masih menganggap hari Jum'at itu adalah hari keramat. Bahkan waktu saya kecil ada serial TV berjudul Friday The 13th yang menayangkan berbagai benda dan hal mistik berkaitan dengan hari Jumat dan angka 13. Sebagai umat Islam, saya percaya semua hari itu baik. Tidaklah Allah SWT menciptakan siang dan malam ini untuk suatu keburukan. Sebagian masyarakat juga menyebarluaskan tentang sunnah Rasul di malam Jumat. Bahkan dijadikan sebagai candaan yang konyol. Lihat saja thread berikut ini . Sunnah rasul adalah penghalusan dati hubungan suami istri. Hubungan suami istri itu ibadah. Kalau ibadah, kenapa harus malam jumat? Ternyata ini berawal dari sebuah hadist berbunyi: “ Barangsiapa melakukan hubungan suami istri di malam Jumat (kamis malam) maka pahalanya sama dengan membunuh 100 Yahudi .” (Dalam hadits yang lain ada disebutkan sama dengan membunuh 1000, ada juga yang menyebut 7000 Yahudi) Dalam thread tersebut sudah dijelaskan bahwa hadist di

The Liebster Award: Dari Saya Untuk Kamu

Image
Saya mendapat estafet The Liebster Award dari Mak Arifah Abdul Majid . Terus terang saya tersanjung. Yang namanya award itu kan suatu penghargaan atas pencapaian seseorang. Liebster Award ini insyaAllah juga dapat menjadi suatu bentuk silaturahim sesama blogger . Saya terima estafet itu dan berharap dapat memenuhi syarat yang diajukan. Syarat-syarat dalam mengikuti The Liebster Award adalah: - Membuat postingan tentang award ini di blog. - Ucapkan terimakasih pada yang memberikanmu award dan sertakan back link ke blognya. - Share 11 hal mengenai dirimu. - Jawab 11 pertanyaan yang diberikan kepadamu. - Pilih 11 blogger yang menerima award darimu dan beri mereka 11 pertanyaan tentang hal yang ingin kamu ketahui dari mereka. Saya berterimakasih kepada mak Arifah Abdul Majid yang sudah memberikan award ini. Semoga tali silaturahim kita semakin erat, walau saat ini hanya melalui dunia maya. Inilah 11 hal tentang diri saya: 1. Saya adalah seorang istri 2. Saya adalah

Liburan, Zaidan Bantu Membuat Kue Kukus Pisang Kurma

Image
Seminggu ini Zaidan libur sekolah karena kakak kelas 6 sedang ujian (Semoga Allah SWT memudahkan mereka yang sedang menjalani ujian, amiin). Jadilah saya harus memutar otak, bagaimana agar liburannya tak membosankan. Alhamdulillah kemarin diajak sepupunya main ke mall. Hari ini, rencananya mau berenang. Tapi ternyata Zaidan agak batuk dan pilek. Lalu mata saya melompat ke arah pisang-pisang yang mulai sangat matang. Aha! Daripada membusuk, lebih baik ajak Zaidan membuat kue kukus pisang saja. Baru-baru ini ayah Zaidan memang sedang mencoba menerapkan pola makan Food Combining. Setiap pulang kerja, beliau sering membawa buah-buahan: jeruk, pisang, mangga, atau pepaya. Nah, tempo hari beliau membawa dua plastik pisang. Dalam hitungan hari pisang mulai membusuk, sementara di rumah hanya ada empat orang. "Kak, bikin kue kukus pisang , yuk" ajak saya. Dengan ekspresi yang tid ak begitu yakin, dia mengiyakan. Ya, dia sedang sedikit kecewa karena tidak bisa berenang hari itu. Se

Tentang Pedagang Jujur

Image
Beberapa kali saat pesan sayur ke tukang sayur langganan lewat sms, saya mendapati wortel yang sebagian sudah busuk. Kadang, ayam potong sudah tak segar. Satu atau dua kali. Saya kecewa sekali. Ingin complain , tapi kok kasihan ya..kadang saya melihat gerobaknya sepi pembeli. Ya sudah, saya menahan diri. Mungkin saya yang harus lebih hati-hati saat berbelanja dan selalu sempatkan diri datang langsung ke gerobaknya agar bisa langsung memilih sayur dan lauk yang segar. Lagipula, ada seorang ibu pembeli lain yang jika belanja kedengarannya complain terus. Rasanya sudah cukup terwakili, tak perlu lagi saya 'berceloteh' hihi.. Di lain kesempatan, saya mendatangi langsung gerobak sayur langganan. Ternyata, datang langsung juga tak menjamin saya mendapat produk yang bagus. Pernah, tahu telur yang saya beli ternyata sudah busuk. Atau pindang bandeng yang sudah berulat..hiyy. Di satu sisi, saya maklum. Mungkin karena saking banyaknya barang atau sibuk melayani, sang penjual tak semp

Teguran Kecil

Image
Siang itu, smartphone saya berbunyi. Sebuah pesan whatsapp dari bu guru wali kelas Zaidan masuk. Ia mengabarkan bahwa di sekolah Zaidan menangis karena buku text dan workbook Bahasa Inggrisnya tidak dibawa sehingga Zaidan kesulitan belajar. Bu guru memberikan pesan agar saya lebih menguatkan Zaidan di rumah. Deg, seperti ada panah yang menusuk hati saya. Pedih, merasa bersalah. Merasa turut mengalami apa yang dirasakan Zaidan. Waktu kuliah saya juga pernah merasakan kesulitan yang sama dengan materi kuliah. Nebeng terus ke teman kok ya nggak enak, apalagi ke dosen. Alih-alih membeli buku yang tebalnya seperti bantal, saya memilih mem-fotocopy si buku supaya lebih murah. Alhamdulillah nya, diijinkan dosen. Apa yang menghalangi saya sehingga saya lupa mengingatkannya membawa buku pelajarannya? Padahal (biasanya) melihat jadwal pelajaran di sekolah besok hari selalu rutin dilakukan setelah shalat maghrib. " Jika ingin sukses , maka kamu harus fokus " Kata-kata dari sebu

Raissa, Seperti Ibu Menggendong Anaknya

Image
Dulu, saya digendong ibu Saya merasa nyaman dan hangat Saya meniru ibu, menggendong boneka Ingin membuatnya nyaman dan hangat juga Inikah cinta? Saya tumbuh besar, menikah dan memiliki buah hati Zaidan, sang jagoan Raissa, si putri kecil Saya timang dan nyanyikan mereka lagu Tak mudah, tapi inikah cinta? "Mi, dede bayi, gendong" Raissa kecil menghulurkan sebuah kain Meminta saya menggendongkan boneka di dadanya Seperti saya saat kecil Raissa adalah ibu bagi anak-anaknya kelak CINTA MONUMENTAL ibu diwariskan dari generasi ke generasi CINTA MONUMENTAL ibu tak pupus dimakan waktu Di mata ibu, saya putri kecilnya Di mata saya, Raissa putri termanis “ Foto ini diikutsertakan dalam Lomba Blog CIMONERS”

Crowne Plaza Hotel, Alternatif Tempat Menginap di Ibukota

Image
"Kakak, ayah nggak pulang malam ini, ada kerjaan, nginap di hotel. Mau nyusul nggak?" Tanya saya sore itu pada Zaidan setelah mendapat pesan dari ayahnya Zaidan. "Nggak mau..besok kan ulang tahun mau ke Lotte Mart" jawab Zaidan yang sedang asyik main. Tumben, biasanya dia antusias ikut kalau ayahnya menginap di hotel yang difasilitasi kantor tempatnya bekerja. Rupanya, ayah Zaidan sudah menjanjikannya main ke Lotte Mart. "Kan ayahnya nggak ada, jadi nggak bisa ke Lotte Mart besok. Kalau mau nyusul ke hotel, segera habiskan makannya.." "Yaudah mau mau..sekarang tapi berangkatnya ya.." Saya lirik jam di smartphone, sudah hampir magrib. Saya putuskan berangkat menyusul ayahnya anak-anak besok pagi saja. Haduh, suka rada parno kalo pergi malam-malam bawa anak tanpa ayahnya. Walau sedikit protes, akhirnya Zaidan mau juga berangkat pagi hari. *** (Crowne Plaza Hotel dari depan, ilustrasi dari sini ) Crowne Plaza Hotel, tempat kam

Broadcast: Fase Pengasuhan Anak

Image
Beberapa hari sebelum Zaidan milad ke-7, saya terima broadcast di grup keluarga saya, sebuah artikel tentang pengasuhan anak. Sangat bermanfaat. Walau sudah punya 2 anak, walau sudah baca beberapa buku parenting dan menghadiri seminar parenting, tetap saja saya harus diingatkan tentang bagaimana pengasuhan anak yang baik. Tetap saja, hati nurani seorang ibu yang bicara saat menghadapi anak. Broadcast ini mengingat kan saya bahwa Zaidan Sudah memasuki fase dua pertumbuhannya. Mm..tak terasa ya. Waktu begitu cepat berlalu. Di hari ulang tahunnya 3 Mei lalu saya hanya bisa membisikkan doa semoga ia smakin soleh dan pintar serta senantiasa dijaga oleh-Nya. Tak ada kue ultah atau nasi kuning. Tapi, membuntuti ayah yang lagi kerja dan menginap semalam di Crown Plaza Hotel sudah membuatnya bahagia. Broadcast ini entah siapa penulisnya. Saya yakin dia tak keberatan tulisannya saya share. Dengan begitu, amal kebaikan penulisnya menebar dimana-mana. Berikut broadcast nya, selamat membaca:

Dengan Aplikasi Anak Cerdas, Belajar Tak Seperti Belajar

Image
"Kakak, kok kuat sih tak tidur siang? Maiiiin aja dari pagi.." Tanya saya suatu sore di hari libur. "Hehe...iya, soalnya enak main..." Jawab Zaidan sambil tertawa. Saya geleng-geleng kepala. Saya saja udah lemes begini diajak si kecil dan kakaknya main dari pagi. Biasanya kalau tak kemana-mana di hari libur, kita main sebentar di lapangan depan rumah lanjut main di dalam rumah. Dari mulai main balok, menggambar, gadget sampai kejar-kejaran ala Tom and Jerry. (Beginilah Suasana kamar saat Zaidan dan adiknya main, seperti kapal pecah :D) "Kakak, belajar yuk..!" Tanya saya di kesempatan lain setelah shalat magrib. Saya memang membiasakan di hari sekolah setelah magrib, Zaidan mengaji dan membaca buku pelajaran sekolah agar tidak terlalu keras belajar saat akan menghadapi ujian. "Aahhh..." Zaidan langsung merengut, tandanya ia masih ingin main dan enggan belajar. Belajar bagi dia artinya duduk dan menghadapi sebuah buku. Ketika saya tanya kenapa

Ketika Dinding Bicara

Image
Siang itu suasana sepi. Kakak Zaidan dan saya baru terbangun dari tidur siang. Raissa masih bobo manis. Di luar hujan gerimis, maka saya matikan AC biar udara tak terlalu dingin. Dan saat itulah saya mendengar 'dinding kamar kami bicara'. Lama-lama suaranya makin terdengar keras, apalagi di suasana sepi ini. Biasanya, karena keributan anak-anak atau karena suara AC, suara-suara dari rumah sebelah kanan atau kiri jarang terdengar. Apalagi ini kan perumahan komplek, yang saya pikir tiap rumah punya lapisan dinding masing-masing jadi lebih terjaga privasinya. Zaidan yang jika sedang main tak akan menggubris suara uminya, pun jadi terdiam. Lalu memandang saya. "Umi, itu suara apa? Takuuut.." Dia menempelkan telinganya ke dinding. "Ih, nggak sopan. Ngomongnya elu gue." Kata Zaidan lagi. Saya mendorong badannya menjauhi dinding, "Jangaaan.." bisik saya pelan. Saya pun masih terbengong walau tak jelas juga suara si dinding. Tiba-tiba ayah Zaid